Kawah Ijen: Gunung berapi di Indonesia yang Menyimpan Danau Asam Terbesar Dunia di Jantungnya
- Instagram/deliarrn
Malagn, WISATA – Kawah Ijen adalah gunung berapi raksasa yang masih aktif di Pulau Jawa dengan kawah yang berisi danau asam terbesar di dunia. Airnya memiliki pH lebih rendah dari 0,3 di beberapa bagian danau tempat cairan hidrotermal naik dari dalam kerak Bumi, mengisi air dengan mineral, serta asam sulfat dan asam klorida.
pH 0,3 sama dengan pH asam baterai, larutan yang menciptakan dan menyimpan energi listrik di mobil. Sebagai perbandingan, asam lambung memiliki pH antara 1,5 dan 2, dan jus lemon memiliki pH antara 2 dan 3. Namun, meskipun kondisinya dapat melarutkan kulit manusia secara instan, danau asam Kawah Ijen merupakan rumah bagi komunitas kecil mikroba, menurut sebuah penelitian tahun 2006.
Warna hijau kebiruan danau kawah Kawah Ijen begitu terang, sehingga dapat terlihat dari angkasa. Mineral dan asam di danau kawah memberikan warna biru kehijauan pada airnya. Keduanya berasal dari ruang magma merah membara di bawah gunung berapi tersebut, yang terakhir meletus pada tahun 1999. Gunung berapi ini memiliki tinggi 9.085 kaki (2.769 meter) dan lebar kawahnya 2.300 x 2.625 kaki (700 x 800 m).
Hujan secara teratur mengisi kembali danau asam Kawah Ijen, tetapi air baru itu segera berubah menjadi korosif karena adanya lubang yang terus-menerus melepaskan gas di dasar danau. Ketika kawah penuh, air meluap ke sungai di sisi barat gunung berapi yang mengalir ke cekungan Sungai Banyupahit yang berarti 'air pahit' dalam bahasa Jawa.
Jika air danau kawah yang sangat asam belum cukup menyeramkan, Kawah Ijen juga mengeluarkan gas belerang yang terbakar saat bersentuhan dengan oksigen di atmosfer Bumi. Saat gas tersebut terbakar di atas gunung berapi, gas tersebut menghasilkan api biru elektrik yang sebagian besar tidak terlihat pada siang hari, tetapi menciptakan pemandangan yang menakjubkan di malam hari.
Seringkali, sulfur dalam gas-gas ini mengembun setelah terkena cahaya, membentuk cairan yang mengalir dalam jarak pendek di sepanjang gunung berapi sebelum memadat menjadi endapan kuning. Penduduk setempat menambang endapan ini, memecah bongkahan sulfur yang mereka jual ke pabrik gula di daerah tersebut yang menggunakannya untuk menghilangkan kotoran warna dari gula.