Dari Kleisthenes ke Populisme: Evolusi Demokrasi yang Menjadi Sorotan Dunia

Demokrasi Kleisthenes
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Demokrasi sebagai sistem pemerintahan telah mengalami evolusi yang sangat panjang dan penuh perdebatan. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Kleisthenes di Athena pada abad ke-6 SM, hingga era modern yang dipenuhi dengan fenomena populisme, demokrasi terus berubah sesuai dengan dinamika zaman. Bagaimana sejarah demokrasi ini terbentuk, dan bagaimana fenomena populisme menjadi ancaman terbesar bagi prinsip-prinsip demokrasi yang telah ada?

Tesla Hentikan Penjualan Model S dan X di Tiongkok: Efek Domino Tarif Perang Dagang Trump Mulai Terasa

Kleisthenes dan Lahirnya Demokrasi

Kleisthenes, seorang negarawan Athena, dianggap sebagai bapak demokrasi karena perannya dalam memperkenalkan sistem demokrasi pertama di dunia. Sistem ini memperbolehkan warga negara Athena untuk berpartisipasi langsung dalam pembuatan keputusan negara melalui majelis rakyat (Eklesia) yang terbuka bagi warga negara bebas yang memenuhi syarat.

5 Hal Menarik dari Perdebatan Kaum Sofis Versus Socrates

Sebelum Kleisthenes, Athena dipimpin oleh oligarki, di mana hanya segelintir individu yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang menentukan kebijakan negara. Kleisthenes, dengan visi besar tentang partisipasi rakyat, menggulingkan sistem ini dan menggantinya dengan sistem yang memungkinkan setiap warga untuk memiliki suara dalam pemerintahan.

Namun, meskipun sistem ini membuka kesempatan lebih luas bagi warga negara, banyak yang melihatnya sebagai eksperimen yang belum sempurna. Pemikiran kritis terhadap demokrasi pertama kali muncul dari para filsuf seperti Socrates dan Plato, yang menganggap demokrasi rentan terhadap manipulasi oleh demagog (pemimpin populis) yang memanfaatkan ketidakpastian untuk meraih kekuasaan.

Donald Trump Umumkan Kebijakan Tarif Impor Baru 32 Persen bagi Indonesia, Ini Dampaknya!

Evolusi Demokrasi dan Tantangan Kontemporer

Seiring berjalannya waktu, konsep demokrasi berkembang pesat, terutama setelah revolusi-revolusi besar di Amerika dan Eropa. Amerika Serikat, dengan Konstitusi dan sistem pemilihan umum yang demokratis, menjadi model bagi banyak negara di dunia. Begitu pula dengan revolusi Prancis yang menghapuskan monarki dan memperkenalkan republik yang berpegang pada prinsip-prinsip kebebasan dan kesetaraan.

Namun, meskipun demokrasi tampaknya menjadi sistem pemerintahan yang ideal, dalam prakteknya, banyak negara yang mengalami distorsi terhadap prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri. Seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya ketidaksetaraan ekonomi, muncul fenomena yang dikenal dengan nama "populisme."

Populisme mengacu pada fenomena politik di mana pemimpin yang berfokus pada suara rakyat dapat mengeksploitasi ketidakpuasan masyarakat untuk meraih dukungan. Pemimpin populis sering kali menggunakan narasi yang sederhana dan menjanjikan solusi instan, meskipun kebijakan yang mereka tawarkan tidak selalu dapat direalisasikan dengan efektif. Fenomena ini terlihat jelas dalam berbagai pemilu di dunia, seperti kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat atau Brexit di Inggris, di mana politik identitas dan retorika anti-elit mendominasi.

Populisme dan Ancaman Terhadap Demokrasi

Populisme, meskipun muncul sebagai bentuk partisipasi rakyat, ternyata bisa menggerus prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri. Pemimpin populis sering kali merusak mekanisme checks and balances, melemahkan institusi yang sudah ada, dan memperburuk polarisasi sosial. Dalam konteks ini, populisme bukanlah solusi untuk masalah demokrasi, melainkan tantangan besar bagi kelangsungannya.

Di banyak negara, kekuatan uang dan media sosial telah menjadi alat ampuh bagi pemimpin populis untuk memperburuk ketidakpercayaan terhadap sistem yang ada. Mereka menggunakan narasi yang bersifat divisif dan mengabaikan kompleksitas masalah, yang dapat menyesatkan opini publik dan membawa negara pada arah yang salah.

Apakah Demokrasi Bisa Bertahan?

Melihat perjalanan panjang demokrasi, dari Kleisthenes hingga populisme di era modern, kita dapat menyimpulkan bahwa demokrasi masih menjadi sistem yang relevan dan penting, namun tetap harus diuji dan terus berkembang

. Tantangan utama di era modern adalah bagaimana menjaga agar demokrasi tetap menjaga prinsip-prinsip kebebasan, kesetaraan, dan keadilan, sambil menghindari manipulasi dan penyalahgunaan oleh pihak-pihak tertentu.