5 Hal Menarik dari Perdebatan Kaum Sofis Versus Socrates
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Di zaman Yunani Kuno, perdebatan tentang kebenaran dan cara mencapai kebijaksanaan menjadi pusat perhatian dalam dunia filsafat. Dua kubu yang paling terkenal dalam diskursus ini adalah kaum sofis dan Socrates. Kaum sofis, yang dikenal sebagai pengajar retorika profesional, mengajarkan bahwa kebenaran itu bersifat relatif dan dapat diubah sesuai dengan konteks serta kepentingan individu. Sementara itu, Socrates, dengan metode dialektikanya, menekankan bahwa kebenaran harus dicari melalui pertanyaan kritis dan introspeksi mendalam. Perdebatan antara kedua pandangan ini tidak hanya membentuk dasar pemikiran Barat, tetapi juga terus memberikan pelajaran berharga hingga era modern. Berikut ini lima hal menarik yang dapat kita ambil dari perdebatan antara kaum sofis dan Socrates.
1. Relativisme versus Pencarian Kebenaran Mutlak
Kaum sofis berpendapat bahwa kebenaran bersifat relatif. Tokoh seperti Protagoras mengungkapkan, "Manusia adalah ukuran segala sesuatu," yang berarti bahwa setiap individu menentukan kebenaran berdasarkan pengalaman dan persepsi mereka sendiri. Pendekatan ini memberikan fleksibilitas dalam interpretasi, namun juga mengaburkan standar objektif yang dapat dijadikan acuan bersama.
Socrates, di sisi lain, menolak pandangan ini. Baginya, kebenaran adalah sesuatu yang harus dicari secara terus-menerus melalui dialog dan pertanyaan kritis. Socrates terkenal dengan pernyataannya, "Aku tahu bahwa aku tidak tahu apa-apa," yang mengungkapkan bahwa pengakuan atas keterbatasan pengetahuan adalah langkah awal menuju kebijaksanaan sejati.
Menurut Pew Research Center (2023), di era informasi sekarang, banyak orang cenderung mempercayai opini yang sudah ada tanpa menguji kebenarannya secara mendalam. Hal ini sejalan dengan peringatan Socrates agar kita tidak puas dengan jawaban yang dangkal, melainkan terus menggali kebenaran.
2. Metode Dialektika: Menempa Kebenaran melalui Dialog
Salah satu kontribusi terbesar Socrates adalah metode dialektikanya, yaitu proses bertanya dan menjawab yang bertujuan mengungkap kontradiksi dalam pemikiran lawan bicara. Teknik ini, dikenal sebagai elenchus, memungkinkan para peserta debat untuk menggali argumen secara mendalam dan menemukan kesalahan logika dalam pendapat yang mereka terima.