Terapi Aroma Membantu Membuka Memori pada Penderita Depresi
- pixabay
Malang, WISATA – Orang yang mengalami depresi mungkin kesulitan mengingat kenangan tertentu tentang kehidupan mereka, misalnya, pesta makan malam dengan teman-teman atau kunjungan ke kedai kopi favorit mereka. Kini, uji coba kecil menunjukkan bahwa 'terapi aroma' dapat membantu orang yang mengalami depresi membuka memori otobiografi (AM) yang sulit diakses.
Uji coba tersebut, yang dijelaskan di jurnal JAMA Network Open , melibatkan 32 orang dewasa dengan gangguan depresi mayor dan menggunakan aroma yang familiar, seperti bubuk kopi, jeruk dan Vicks VapoRub sebagai petunjuk bagi para peserta untuk mengingat kenangan tertentu. Jadi, misalnya, jika disajikan dengan kopi, seseorang mungkin berpikir untuk bertemu dengan saudaranya untuk minum latte pada suatu sore musim semi tertentu, alih-alih hanya memikirkan kafe lokal yang sering mereka kunjungi.
Penelitian sebelumnya telah mencoba uji ingatan serupa tetapi sebaliknya menggunakan kata-kata dan gambar bagi para peserta. Jadi, dalam uji coba baru, para ilmuwan beralih antara aroma dan kata-kata sebagai isyarat, untuk melihat apakah satu jenis pemicu mungkin lebih efektif dalam membangkitkan ingatan autobiografi orang. Mereka menemukan bahwa para peserta mengingat lebih banyak ingatan spesifik ketika diberi isyarat oleh bau.
Aroma diketahui dapat memicu ingatan yang kuat, sering kali emosional, dengan cara yang unik yang tidak selalu dilakukan oleh rangsangan lain.
Sistem penciuman adalah satu-satunya sistem sensorik yang memiliki akses langsung ke pusat memori otak dan pusat emosi otak. Semua indra lainnya harus melalui saluran lain untuk sampai ke sana.
Jadi, secara teori, memanfaatkan bau mungkin merupakan strategi yang baik untuk mengatur ulang pusat-pusat emosi yang mengalami depresi dan membuka memori yang dapat diingat kembali. Jika kita meningkatkan memori, kita dapat meningkatkan pemecahan masalah, pengaturan emosi dan masalah fungsional lainnya yang sering dialami oleh individu yang mengalami depresi.
Hal ini karena, dalam hal ingatan , orang yang mengalami depresi memiliki kecenderungan untuk mengelompokkan peristiwa-peristiwa tertentu ke dalam kategori yang luas dan menggeneralisasi emosi yang terkait dengan peristiwa-peristiwa tersebut secara berlebihan. Misalnya, seseorang mungkin mengingat 'waktu yang dihabiskan di perguruan tinggi' sebagai satu kategori dan menggambarkan seluruh babak kehidupan itu sebagai hal yang negatif, tanpa mampu mengambil kenangan positif dari masa itu.