Golden Mean: Seni Menemukan Keseimbangan Hidup ala Aristoteles untuk Kebahagiaan Optimal
- Handoko/Istimewa
Malang, WISATA - Keseimbangan dalam hidup sering kali menjadi hal yang sulit dicapai di tengah berbagai tekanan, baik dari pekerjaan, keluarga, hingga ekspektasi sosial. Banyak orang berusaha mencari kebahagiaan dengan berbagai cara, namun sering kali terjebak dalam pola hidup yang ekstrem. Aristoteles, seorang filsuf besar dari Yunani Kuno, telah lama menawarkan solusi sederhana namun mendalam melalui konsep "Golden Mean" atau keseimbangan emas. Konsep ini mengajarkan bahwa kebahagiaan optimal bisa dicapai melalui keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Artikel ini akan mengulas bagaimana ajaran Aristoteles tentang Golden Mean tetap relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Apa Itu Golden Mean?
Golden Mean, yang dalam bahasa Yunani dikenal sebagai mesotes, adalah prinsip yang diperkenalkan oleh Aristoteles dalam karyanya Nicomachean Ethics. Konsep ini menekankan pentingnya mencapai titik tengah antara dua ekstrem dalam setiap tindakan dan emosi. Aristoteles percaya bahwa kebajikan berada di tengah-tengah antara kekurangan dan kelebihan. Misalnya, keberanian adalah kebajikan yang berada di antara pengecut (kekurangan) dan nekat (kelebihan).
Menurut Aristoteles, hidup yang baik bukan hanya soal melakukan hal-hal yang benar, tetapi juga melakukannya dengan cara yang benar, dalam jumlah yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Golden Mean mengajak kita untuk terus mencari keseimbangan dalam setiap keputusan, bukan hanya mengikuti dorongan emosi atau tekanan eksternal. Hal ini menuntut kita untuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam mengambil keputusan yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.
Keseimbangan dalam Kehidupan Sehari-hari
Penerapan Golden Mean dapat ditemukan dalam banyak aspek kehidupan kita, baik dalam pekerjaan, hubungan sosial, maupun pengelolaan diri. Dalam pekerjaan, misalnya, Aristoteles tidak menyarankan kita untuk menjadi terlalu santai atau terlalu ambisius. Terlalu santai bisa membuat kita malas dan kurang produktif, sementara terlalu ambisius bisa menyebabkan stres dan kelelahan. Solusinya adalah menemukan titik tengah di mana kita tetap berkomitmen pada pekerjaan namun tidak mengorbankan kesehatan fisik dan mental.
Dalam hal mengelola emosi, konsep Golden Mean mendorong kita untuk tidak menjadi terlalu marah atau terlalu pasif. Menjadi terlalu marah bisa merusak hubungan, sedangkan menjadi terlalu pasif bisa membuat kita mudah dimanfaatkan. Sebaliknya, Golden Mean menuntun kita untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat, seimbang, dan proporsional terhadap situasi yang dihadapi.