Seruan Jihad! Peran Agama dalam Mobilisasi Perang Diponegoro

Ilustrasi Perang Jawa
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Ia sering berinteraksi dengan ulama-ulama besar di Jawa, termasuk para kyai dan santri dari pesantren-pesantren yang tersebar di pedesaan. Hubungan erat dengan para pemuka agama ini membuatnya semakin dihormati sebagai pemimpin yang tidak hanya memiliki darah bangsawan, tetapi juga memiliki otoritas keagamaan.

Siapa Multatuli? Penulis Belanda yang Membela Rakyat Indonesia dari Penindasan

Saat ketegangan dengan Belanda semakin meningkat, Diponegoro menyadari bahwa agama bisa menjadi alat pemersatu yang sangat kuat. Dengan mengangkat isu jihad, ia berhasil mengubah perang politik menjadi perang keagamaan, yang membuat lebih banyak rakyat bersedia bergabung dalam perjuangan melawan penjajah.

2. Perang Sabil: Jihad Melawan Penjajah

Mengapa "Max Havelaar" Masih Relevan? Kritik Kolonialisme yang Tak Pernah Usang

Dalam berbagai catatan sejarah, Perang Jawa sering disebut sebagai "Perang Sabil" atau perang suci. Konsep jihad yang diusung Diponegoro tidak hanya digunakan untuk membakar semangat rakyat, tetapi juga untuk membenarkan perlawanan terhadap Belanda dalam perspektif agama.

Beberapa alasan mengapa Perang Jawa dianggap sebagai jihad:

10 Kutipan Terbaik dari Karya Ikonik Leila S. Chudori: Pulang (2012) – Kisah tentang Pengasingan dan Kerinduan Tanah Air

a. Belanda Dianggap Sebagai Ancaman terhadap Islam

Belanda tidak hanya menguasai ekonomi dan politik, tetapi juga dianggap merusak moral dan tatanan keagamaan masyarakat Jawa.

Halaman Selanjutnya
img_title