Seruan Jihad! Peran Agama dalam Mobilisasi Perang Diponegoro
- Image Creator Grok/Handoko
Ia sering berinteraksi dengan ulama-ulama besar di Jawa, termasuk para kyai dan santri dari pesantren-pesantren yang tersebar di pedesaan. Hubungan erat dengan para pemuka agama ini membuatnya semakin dihormati sebagai pemimpin yang tidak hanya memiliki darah bangsawan, tetapi juga memiliki otoritas keagamaan.
Saat ketegangan dengan Belanda semakin meningkat, Diponegoro menyadari bahwa agama bisa menjadi alat pemersatu yang sangat kuat. Dengan mengangkat isu jihad, ia berhasil mengubah perang politik menjadi perang keagamaan, yang membuat lebih banyak rakyat bersedia bergabung dalam perjuangan melawan penjajah.
2. Perang Sabil: Jihad Melawan Penjajah
Dalam berbagai catatan sejarah, Perang Jawa sering disebut sebagai "Perang Sabil" atau perang suci. Konsep jihad yang diusung Diponegoro tidak hanya digunakan untuk membakar semangat rakyat, tetapi juga untuk membenarkan perlawanan terhadap Belanda dalam perspektif agama.
Beberapa alasan mengapa Perang Jawa dianggap sebagai jihad:
a. Belanda Dianggap Sebagai Ancaman terhadap Islam
Belanda tidak hanya menguasai ekonomi dan politik, tetapi juga dianggap merusak moral dan tatanan keagamaan masyarakat Jawa.