Siapa Multatuli? Penulis Belanda yang Membela Rakyat Indonesia dari Penindasan

Eduard Douwes Dekker
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Pada abad ke-19, seorang penulis Belanda dengan nama pena Multatuli mengguncang dunia sastra dan politik dengan karyanya yang berani mengkritik sistem kolonial. Melalui novel Max Havelaar, ia menyoroti penindasan yang dialami oleh rakyat Indonesia di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Namun, siapakah sebenarnya Multatuli, dan apa yang mendorongnya untuk membela rakyat Indonesia?

Nelson Mandela: Kebebasan Tidak Diberikan, Ia Harus Diperjuangkan

Latar Belakang Eduard Douwes Dekker

Multatuli adalah nama pena dari Eduard Douwes Dekker, yang lahir pada 2 Maret 1820 di Amsterdam, Belanda. Pada tahun 1838, ia berlayar ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dan memulai karirnya sebagai pegawai kolonial. Karirnya berkembang pesat hingga pada tahun 1856 ia diangkat sebagai asisten residen di Lebak, Banten.

Filosofi Stoik dan Pelajaran dari Marcus Aurelius: Membangun Hidup Baik demi Kebaikan Bersama

Pengalaman di Lebak dan Awal Mula Kritik terhadap Kolonialisme

Selama bertugas di Lebak, Dekker menyaksikan langsung berbagai bentuk penindasan dan eksploitasi yang dialami oleh penduduk pribumi. Ia menemukan bahwa para pejabat kolonial dan penguasa lokal memaksa petani menanam tanaman ekspor seperti kopi, yang keuntungannya tidak dirasakan oleh rakyat. Kondisi ini menyebabkan penderitaan yang mendalam bagi masyarakat setempat.

Madilog dan Misi Besar Tan Malaka: Membebaskan Pikiran Bangsa dari Belenggu Mistik

Kekecewaannya terhadap sistem kolonial memuncak ketika laporannya tentang penyalahgunaan kekuasaan oleh bupati setempat diabaikan oleh atasannya. Merasa frustrasi, Dekker mengundurkan diri dari jabatannya dan kembali ke Belanda pada tahun 1857.

Penulisan dan Dampak Max Havelaar

Halaman Selanjutnya
img_title