Pramoedya: Setiap Bangsa yang Tidak Mau Menulis Sejarahnya Sendiri Akan Kehilangan Jiwanya
- Cuplikan Layar
Jakarta, WISATA - Kutipan legendaris dari novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer ini merupakan tamparan keras bagi bangsa yang abai terhadap sejarahnya. Dalam konteks kolonialisme, kutipan ini menjadi refleksi mendalam bagi bangsa Indonesia yang saat itu berjuang melawan penindasan Belanda. Namun, nilai yang terkandung di dalamnya tetap relevan hingga saat ini.
Mengapa Sejarah Begitu Penting?
Sejarah adalah cermin identitas sebuah bangsa. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 25% pelajar Indonesia yang mampu menjawab dengan baik pertanyaan tentang sejarah kemerdekaan Indonesia. Fenomena ini menjadi peringatan bahwa semakin jauh kita dari sejarah, semakin besar risiko kita kehilangan arah sebagai bangsa.
Di era globalisasi, banyak negara yang mencatat dan merayakan sejarahnya untuk memperkuat identitas nasional. Sebaliknya, bangsa yang tidak peduli akan sejarahnya rentan terhadap penjajahan gaya baru, seperti dominasi budaya asing.
Refleksi dalam Konteks Modern
Menurut kajian dari UNESCO pada tahun 2023, negara yang memiliki perhatian besar terhadap pendidikan sejarah cenderung memiliki masyarakat yang kritis dan inovatif. Ini terlihat di negara-negara seperti Finlandia dan Jepang, di mana sejarah menjadi salah satu fondasi utama dalam pendidikan.
Namun, di Indonesia, perhatian terhadap pelestarian sejarah cenderung minim. Misalnya, situs-situs bersejarah seperti Keraton Yogyakarta dan Kota Tua Jakarta sering kali mengalami degradasi akibat kurangnya dana perawatan. Padahal, melalui tempat-tempat tersebut, generasi muda dapat belajar memahami masa lalu bangsanya.
Pesan dari Jejak Langkah
Dalam novel Jejak Langkah, Pramoedya menunjukkan bahwa bangsa yang tidak mengenali sejarahnya akan kehilangan arah dan identitas. Hal ini terlihat dari perjalanan Minke, sang tokoh utama, yang berjuang memahami akar budaya dan sejarahnya sendiri di tengah pengaruh kolonialisme.
Kutipan Pramoedya mengingatkan kita bahwa sejarah bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga membangun masa depan. Melestarikan sejarah adalah tugas bersama, mulai dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah. Dengan mengenal sejarah, kita menjaga jiwa bangsa tetap hidup.