Inilah Persamaan dan Perbedaan Kaum Sofis Era Yunani dan Sofis Era Modern, yang Wajib Diketahui
Sabtu, 8 Maret 2025 - 04:24 WIB
Sumber :
- Image Creator Grok/Handoko
3. Pemanfaatan Emosi
Penggunaan emosi untuk menggerakkan opini publik adalah strategi yang konsisten, dari retorika emosional di era Athena hingga penggunaan visual dan kata-kata yang menggugah di media sosial.
4. Penciptaan Narasi Dualistik
Penciptaan narasi "kami vs. mereka" merupakan metode yang efektif untuk membentuk identitas kelompok dan membangun dukungan massa. Teknik ini, yang pernah diajarkan oleh kaum sofis, kini diadaptasi dalam kampanye politik modern untuk menimbulkan polarisasi.
Perbedaan Kritis: Konteks dan Dampak
Baca Juga :
"Well Begun is Half Done" Mengawali dengan Baik adalah Separuh Keberhasilan: Pesan Abadi Aristoteles
Walaupun terdapat persamaan dalam teknik retoris, terdapat juga perbedaan mendasar yang perlu diperhatikan antara sofisme kuno dan modern.
Konteks Sosial dan Politik
- Era Yunani Kuno:
Di zaman Athena, retorika sofis digunakan dalam konteks demokrasi langsung, di mana warga secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan. Teknik-teknik yang diajarkan para sofis, seperti penggunaan ethos, pathos, dan logos, sangat penting dalam forum publik dan pengadilan. - Era Modern:
Saat ini, retorika digunakan dalam konteks politik yang jauh lebih kompleks, di mana media digital dan algoritma memainkan peran besar dalam penyebaran informasi. Teknik retoris yang sama sering diselewengkan untuk tujuan propaganda dan disinformasi, yang dapat mengaburkan fakta dan mengakibatkan polarisasi sosial.
Dampak Terhadap Demokrasi
Halaman Selanjutnya
Dampak di Era Yunani: Di Athena, retorika sofis membantu menciptakan pemimpin yang mampu menyampaikan argumen dengan efektif, meskipun metode mereka kerap menuai kritik. Sistem demokrasi langsung memungkinkan adanya dialog dan perdebatan yang terbuka, meskipun tidak selalu didasarkan pada kebenaran mutlak.Dampak di Era Modern: Retorika populis yang terinspirasi dari sofisme modern sering kali digunakan untuk memecah belah masyarakat dan mengikis kepercayaan terhadap lembaga demokratis. Dengan penyebaran disinformasi melalui media digital, banyak kebijakan diambil berdasarkan narasi yang disederhanakan, yang bisa berujung pada pengambilan keputusan yang tidak berdasarkan fakta.