Inilah Persamaan dan Perbedaan Kaum Sofis Era Yunani dan Sofis Era Modern, yang Wajib Diketahui

Tokoh Kaum Sofis Protagoras, Gorgias, dan Hippias
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Memasuki era digital, prinsip-prinsip yang diajarkan oleh kaum sofis di Yunani Kuno telah mengalami evolusi dan adaptasi dalam berbagai bidang, terutama dalam komunikasi politik dan pemasaran. Apa yang dulunya merupakan metode pengajaran di agora Athena kini telah bertransformasi menjadi alat strategis yang digunakan oleh politisi, perusahaan, dan influencer untuk membentuk opini publik.

René Descartes: Jika Anda Ingin Menjadi Pencari Kebenaran, Anda Harus Meragukan, Setidaknya Sekali dalam Hidup Anda,

Retorika Populis dalam Kampanye Politik

Politik modern kerap menampilkan retorika populis yang mengedepankan bahasa sederhana, emosional, dan mudah dicerna. Contohnya, kampanye politik di Amerika Serikat dan India menunjukkan betapa efektifnya penggunaan retorika yang diilhami oleh sofisme. Slogan-slogan seperti "Make America Great Again" atau "Sabka Saath, Sabka Vikas" telah menjadi identitas kampanye yang berhasil menggalang dukungan luas, meskipun sering kali menyederhanakan isu-isu kompleks.

René Descartes: “Cara Terbaik untuk Mencapai Kebenaran adalah dengan Meragukan Segala Hal Terlebih Dahulu”

Menurut Pew Research Center (2023), sekitar 65% pemilih di beberapa negara besar mendapatkan berita politik melalui platform digital, yang memudahkan penyebaran pesan-pesan populis. Teknik ini, yang menggabungkan unsur ethos, pathos, dan logos, merupakan warisan langsung dari pengajaran kaum sofis yang menekankan pentingnya persuasi.

Penggunaan Media Sosial

René Descartes: “Mereka yang Mencari Kebenaran Harus, Sekali dalam Hidupnya, Meragukan Segala Sesuatu”

Media sosial telah mengubah lanskap komunikasi politik secara drastis. Platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram memungkinkan politisi untuk menyampaikan pesan secara langsung kepada publik tanpa melalui perantara media tradisional. Algoritma yang mendukung konten emosional sering kali membuat narasi yang dihasilkan lebih cepat menyebar dan menjadi viral.

Fenomena echo chamber dan filter bubble di media sosial memfasilitasi penyebaran informasi yang hanya menguatkan pandangan yang sudah ada, tanpa memberikan ruang untuk diskusi kritis. Hal ini sejalan dengan metode sofis yang memanfaatkan retorika untuk membentuk realitas, meskipun sering kali tidak didasarkan pada kebenaran objektif.

Halaman Selanjutnya
img_title