PASURUAN: Ratusan Babi di Sedaeng dan Wonokitri Mati Diduga Positif ASF
- nationalhogfarmer.com
Pasuruan, WISATA – Jumlah kasus kematian babi akibat dugaan African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika yang menyerang di Desa Sedaeng dan Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, terus bertambah. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan mencatat dari awalnya 70 ekor sampai sekarang ada tambahan 100 ekor babi yang dilaporkan mati akibat terserang Flu Babi ini. Kini total menjadi 170 babi.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, drh. Ainur Alfiah menjelaskan, dari 170 ekor babi yang mati, terdiri dari 150 ekor babi yang dipelihara warga di Desa Sedaeng, sementara 20 ekor babi mati ada di Desa Wonokitri.
Semakin banyaknya babi yang mati membuat Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan meminta warga untuk melakukan langkah cepat. Diantaranya mengisolasi babi yang terinfeksi serta karantina ketat terhadap area kandang terdampak, melarang keluar masuk babi, produk babi, peralatan dan orang-orang yang tidak berkepentingan ke area kasus.
Selain itu, Alfiah juga meminta pemilik babi untuk melakukan biosecurity ketat dengan cara deinfeksi kandang secara rutin, pengelolaan limbah dan mengontrol lalu lintas ternak babi.
Alfiah juga menyerukan penghentian sementara pergerakan babi dan produk turunannya ke area terdampak, serta memastikan kendaraan dan akat angkut babi yang digunakan dalam transportasi ternak tidak menjadi sumber penyebaran virus.
Menurut hasil uji lab Balai Besar Veteriner Wates Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, seluruh babi yang mati dinyatakan Positif ASF. Oleh sebab itu, pengawasan terhadap babi yang masih sehat, harus betul-betul dilakukan oleh para warga Sedaeng dan Wonokitri yang memelihara babi.
Untuk diketahui, ASF adalah penyakit menular yang menyerang babi domestik dan babi hutan. Penyakit ini disebabkan oleh virus African Swine Fever (ASFV), yang termasuk dalam famili Asfarviridae. ASF sangat mematikan bagi babi, dengan tingkat kematian yang bisa mencapai 100% pada populasi yang rentan. Meskipun tidak berbahaya bagi manusia, ASF memiliki dampak ekonomi yang signifikan karena dapat menghancurkan industri peternakan babi.
ASF pertama kali diidentifikasi di Afrika pada awal abad ke-20. Penyakit ini kemudian menyebar ke Eropa, Asia, dan wilayah lain melalui perdagangan daging babi yang terkontaminasi atau pergerakan babi yang terinfeksi. ASF merupakan ancaman serius bagi industri peternakan babi global, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian sangat penting untuk mengurangi penyebarannya.