Mengenal Virus African Swine Fever (ASF) yang Sangat Menular dan Mematikan, Begini Cara Mencegahnya!

Babi mati
Sumber :
  • IG/insanmedika_id

WISATA – Dunia pervirusan ternyata tidak hanya menyerang manusia, baru-baru ini terdeteksi virus African swine fever (ASF) atau demam babi Afrika. ASF adalah virus yang sangat menular dan mematikan bagi babi, tetapi tidak berbahaya bagi manusia.  Virus ASF pertama kali terdeteksi di Indonesia pada April 2023 di sebuah pertenakan Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau. Kemudian menyebar ke beberapa provinsi lain di Indonesia seperti Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur. Data dari Dinas peternakan Provinsi NTT menyebutkan sampai Juli 2020 virus ASF mengakibatkan 23.568 ekor babi mengalami kematian.

Jo Jung-Suk, Melindungi Putrinya yang Menjadi Zombi dalam ‘My Daughter Who Became a Zombie’

Dilansir dari laman Kementerian Pertanian dan berbagai sumber lainnya, Penularan  virus ASF dapat terjadi melalui berbagai cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung dapat terjadi melalui kontak fisik dengan babi yang terinfeksi ASF. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui saluran pencernaan (konsumsi sampah sisa makanan dan bangkai), melalui urin, lendir dan feses, melalui darah (bekas luka pertarungan), melalui gigitan caplak lunak Ornithodoros (O. Erraticus dan O. Moubata) ataupun melalui kontak dengan benda yang tercemar ASFV (pakaian, sepatu, kendaraan, alat peternakan, kendang dan lainnya). Penularan virus dari babi liar ke babi domestik atau sebaliknya dimungkinkan terjadi melalui sisa pembuangan bangkai, sisa makanan tercemar ASFV, dibawa oleh kutu caplak maupun melalui interaksi pemburu di hutan dengan peternakan babi domestik.

Dampak dari wabah ASF di Indonesia sangat besar, terutama bagi peternak dan konsumen babi. Wabah ASF menyebabkan kematian massal babi di beberapa daerah, sehingga menurunkan jumlah populasi dan produksi daging babi. Hal ini berdampak pada kenaikan harga daging babi di pasaran. Selain itu wabah ASF juga mengancam ekspor daging babi dari Indonesia ke negara-negara lain seperti Singapura, yang merupakan salah satu pasar utama.

Kasus Monkeypox atau Cacar Monyet Per Hari Bertambah 2 – 3 Kasus di Jakarta, Kenali Tanda-tandanya!

Menurut menlhk.go.id, Virus ASF juga berdampak negatif pada populasi satwa liar yang dilindungi, seperti babi hutan dan babi rusa. Virus ini dapat menular melalui kontak langsung maupun tidak langsung antara hewan-hewan tersebut. Hal ini dapat mengancam keberadaan dan keseimbangan ekosistem satwa liar di Indonesia.

Untuk mengatasi dampak dari wabah ASF, pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain adalah:

  • Melakukan pemeriksaan kesehatan hewan secara rutin. 
  • Membersihkan kandang dan lingkungan sekitar dengan disinfektan secara berkala dan membuang bangkai hewan yang mati dengan cara yang aman.
  • Menggunakan alat perlindungan diri (APD) saat merawat atau menyembelih hewan dan mencuci tangan dengan sabun setelahnya.
  • Tidak membeli atau mengonsumsi daging babi dari hewan yang sakit atau mati mendadak, meskipun harganya lebih murah.
  • Tidak membawa atau mengirim produk daging babi dari daerah terjangkit ke daerah lain tanpa izin dari pihak berwenang.
Halaman Selanjutnya
img_title
Waspada Pirola, Varian Covid-19 yang Lebih Berbahaya dari Eris, Inilah Gejala yang Anda Wajib Tahu