Lima Filter Propaganda: Strategi Halus yang Membentuk Opini Publik Melalui Media
- Cuplikan Layar
4. Flak: Tekanan dan Kritik terhadap Media
Filter keempat adalah flak, atau kritik dan tekanan yang diarahkan kepada media yang berani melawan narasi dominan. Tekanan ini dapat datang dalam bentuk ancaman hukum, kampanye negatif, hingga boikot iklan.
Flak biasanya digunakan oleh kelompok kepentingan, baik pemerintah maupun korporasi besar, untuk mendisiplinkan media. Misalnya, di Amerika Serikat, media yang mengkritik kebijakan luar negeri sering kali diserang oleh kelompok lobi seperti American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Di Indonesia, media yang memberitakan kasus korupsi tingkat tinggi sering menghadapi ancaman hukum atau tekanan politik.
Tekanan semacam ini menciptakan efek jera bagi media, membuat mereka enggan untuk melaporkan isu-isu yang kontroversial atau berpotensi merugikan kelompok tertentu.
5. Ideologi atau Musuh Bersama: Membangun Narasi Tunggal
Filter terakhir adalah penggunaan ideologi atau musuh bersama untuk membangun narasi yang mendominasi opini publik. Selama Perang Dingin, anti-komunisme menjadi ideologi utama yang digunakan untuk membenarkan berbagai kebijakan luar negeri dan dalam negeri di Amerika Serikat.
Hari ini, narasi semacam itu masih digunakan dengan tema berbeda, seperti perang melawan terorisme atau ancaman imigrasi ilegal. Di era digital, platform media sosial sering kali mempromosikan konten yang mempolarisasi, memperkuat narasi ideologis tertentu, dan membangun musuh bersama di kalangan masyarakat.