Lima Filter Propaganda: Strategi Halus yang Membentuk Opini Publik Melalui Media
- Cuplikan Layar
Di Indonesia, retorika anti-radikalisme sering digunakan untuk membenarkan kebijakan yang kontroversial. Media memainkan peran penting dalam memperkuat narasi ini, sering kali tanpa memberikan ruang bagi diskusi yang lebih kritis.
Lima Filter: Alat Efektif untuk Mengontrol Informasi
Kelima filter propaganda yang diuraikan oleh Chomsky dan Herman menunjukkan bagaimana media dapat digunakan untuk memanipulasi opini publik. Dengan memahami mekanisme ini, kita dapat melihat bahwa kebanyakan berita yang kita konsumsi bukanlah gambaran objektif dari kenyataan, tetapi produk dari sistem yang telah dimanipulasi untuk melayani kepentingan tertentu.
Tantangan Era Digital: Apakah Situasi Semakin Parah?
Di era digital, lima filter propaganda tetap relevan, bahkan semakin diperkuat oleh teknologi algoritma. Media sosial seperti Facebook dan Twitter menggunakan algoritma yang memprioritaskan konten yang menguntungkan pengiklan atau sesuai dengan ideologi mayoritas pengguna.
Menurut laporan Pew Research Center (2022), 64% orang dewasa di dunia mendapatkan berita mereka dari media sosial. Namun, platform ini sering kali mempromosikan disinformasi dan memperkuat bias yang sudah ada. Hal ini menciptakan ekosistem informasi yang semakin terfragmentasi dan penuh manipulasi.
Menjadi Konsumen Media yang Cerdas