Inilah Analisis Psikologis Penggunaan “Kata” oleh Prabowo Subianto di Pidato Pelantikannya
- Viva.co.id
Jakarta, WISATA - Dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menyampaikan pesan-pesan yang kuat di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan tamu undangan. Momen bersejarah ini menjadi sorotan publik karena pola penggunaan kata-kata tertentu yang sangat menarik untuk dianalisis dari sudut pandang psikologis. Dalam pidatonya, kata "bangsa" muncul sebanyak 33 kali, diikuti oleh "Indonesia" (28 kali), "rakyat" (27 kali), dan "saudara" (26 kali). Selain itu, kata-kata seperti "negara", "berani", "presiden", "pemimpin", "anak", "punya", dan "demokrasi" juga menjadi bagian integral dari pidato tersebut.
Lantas, apa makna psikologis di balik pemilihan kata-kata ini oleh Prabowo Subianto? Berikut analisis yang mendalam mengenai arti penting dari penggunaan kata-kata tersebut dan bagaimana hal ini mencerminkan kepribadian, visi, serta pesan yang ingin disampaikan oleh Prabowo sebagai presiden terpilih.
1. Bangsa dan Indonesia: Simbol Nasionalisme yang Mendalam
Kata "bangsa" dan "Indonesia" yang sering diulang dalam pidatonya mengindikasikan betapa kuatnya semangat nasionalisme yang ingin diangkat oleh Prabowo. Dalam analisis psikologi, pengulangan kata-kata ini menciptakan resonansi emosional yang mendalam dengan audiens, terutama yang memiliki keterikatan kuat dengan identitas nasional. Pengulangan kata "bangsa" sebanyak 33 kali menunjukkan bahwa Prabowo berusaha membangkitkan semangat kebersamaan dan persatuan di antara seluruh rakyat Indonesia.
2. Rakyat: Penguatan Komunikasi dengan Konstituen
Kata "rakyat", yang disebutkan sebanyak 27 kali, menunjukkan komitmen Prabowo dalam memperkuat hubungan emosional dengan rakyat sebagai konstituen utamanya. Dari sudut pandang psikologi komunikasi, penggunaan kata ini menekankan bahwa Prabowo ingin tampil sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, memahami kebutuhan mereka, dan siap untuk berjuang demi kepentingan mereka. Pendekatan populis ini menempatkan rakyat sebagai pusat dari segala kebijakan yang akan dijalankan selama masa pemerintahannya.
3. Saudara: Membangun Relasi Kekeluargaan