Lebih dari Sekadar Liburan: Mengapa Forest Healing dan JOMO Jadi Pilihan Utama?

Menikmati Wisata JOMO di Bali
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Di era media sosial, liburan mewah sering kali dianggap sebagai puncak kebahagiaan. Namun, tren terbaru menunjukkan perubahan signifikan dalam cara orang mencari kebahagiaan. Forest healing dan konsep JOMO kini menjadi alternatif populer, bahkan dianggap lebih bermanfaat daripada liburan mewah.

Empat Kebajikan yang Membawa Kebahagiaan: Warisan Stoik yang Dilupakan

Forest healing, atau terapi hutan, adalah praktik menghabiskan waktu di alam untuk memperbaiki kesehatan fisik dan mental. Di Jepang, konsep ini dikenal sebagai shinrin-yoku dan telah diakui sebagai bagian dari perawatan kesehatan. Penelitian yang diterbitkan di Environmental Health and Preventive Medicine menyebutkan bahwa waktu di hutan dapat meningkatkan sistem imun, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi kecemasan.

Sementara itu, JOMO membantu orang-orang untuk menikmati momen sederhana dalam hidup tanpa tekanan untuk selalu terlihat "melakukan sesuatu" di media sosial. Dengan mengadopsi JOMO, kita tidak lagi terpaku pada jumlah "like" atau komentar, melainkan fokus pada kesejahteraan diri.

Stoisisme: Filosofi Kuno yang Bisa Mengubah Cara Anda Melihat Dunia

Kombinasi antara forest healing dan JOMO menawarkan pelarian dari hiruk pikuk kehidupan modern. Tidak perlu tiket pesawat mahal atau resor mewah. Cukup berjalan di taman kota atau duduk di bawah pohon rindang sudah dapat memberikan efek menenangkan.

Konsep ini juga sejalan dengan pergeseran nilai di kalangan Gen Z, yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan mental. Mereka lebih memilih pengalaman bermakna daripada sekadar tampilan mewah. Fenomena ini mengindikasikan bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu ditemukan di destinasi eksotis, tetapi bisa di temukan di tempat sederhana, asalkan kita tahu cara menghargainya.

Socrates: Menikahlah, karena jika kamu menemukan istri yang baik, akan bahagia. Jika tidak, kamu akan menjadi filsuf