Penyebab Punahnya Dinosaurus Bukan Hanya karena Meteorit
- Instagram/realhistoryuncovered
Malang, WISATA – Apa yang memusnahkan dinosaurus? Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa meteorit yang jatuh ke Bumi hanyalah sebagian dari cerita. Perubahan iklim yang dipicu oleh letusan gunung berapi besar-besaran mungkin pada akhirnya memicu kepunahan dinosaurus, menantang narasi tradisional bahwa meteorit saja yang memberikan pukulan terakhir bagi raksasa purba.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Science Advances, yang ditulis bersama oleh Don Baker, seorang profesor di Departemen Ilmu Bumi dan Planet Universitas McGill.
Tim peneliti menyelidiki letusan gunung berapi di Deccan Traps – dataran tinggi yang luas dan terjal di India Barat yang dibentuk oleh lava cair.
Meletuskan batuan sebesar satu juta kilometer kubik, mungkin memainkan peran penting dalam mendinginkan iklim global sekitar 65 juta tahun yang lalu.
Pekerjaan ini membawa para peneliti di seluruh dunia, mulai dari menempa batu di Deccan Traps hingga menganalisis sampel di Inggris dan Swedia.
Di laboratorium, para ilmuwan memperkirakan berapa banyak sulfur dan fluor yang disuntikkan ke atmosfer akibat letusan gunung berapi besar-besaran pada 200.000 tahun sebelum kepunahan dinosaurus.
Hebatnya, mereka menemukan pelepasan belerang bisa memicu penurunan suhu global di seluruh dunia – sebuah fenomena yang dikenal sebagai musim dingin vulkanik.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa kondisi iklim hampir pasti tidak stabil, dengan musim dingin vulkanik yang berulang dan mungkin berlangsung selama beberapa dekade, sebelum kepunahan dinosaurus. Ketidakstabilan ini akan mempersulit kehidupan semua tumbuhan dan hewan dan memicu peristiwa kepunahan dinosaurus. Oleh karena itu, penelitian kami membantu menjelaskan peristiwa kepunahan signifikan yang menyebabkan kebangkitan mamalia dan evolusi spesies kita,” kata Prof. Don Baker.
Untuk mengungkap petunjuk dalam sampel batuan kuno bukanlah hal yang mudah.
Faktanya, teknik baru yang dikembangkan di McGill membantu memecahkan kode sejarah gunung berapi.
Teknik untuk memperkirakan pelepasan sulfur dan fluor merupakan kombinasi kompleks antara kimia dan eksperimen yang mirip seperti memasak pasta.
“Bayangkan membuat pasta di rumah. Anda merebus air, menambahkan garam, lalu pasta. Sebagian garam dari air masuk ke dalam pasta, tapi tidak banyak,” jelas Baker.
Demikian pula, beberapa unsur terperangkap dalam mineral saat mendingin setelah letusan gunung berapi.
Sama seperti Anda dapat menghitung konsentrasi garam dalam air yang memasak pasta dengan menganalisis garam di dalam pasta itu sendiri, teknik baru ini memungkinkan para ilmuwan mengukur sulfur dan fluor dalam sampel batuan.
Dengan informasi ini, para ilmuwan dapat menghitung jumlah gas yang dilepaskan selama letusan.
Penelitian tersebut melibatkan peneliti dari Italia, Norwegia, Swedia, Inggris, Amerika Serikat dan Kanada.
Temuan mereka menandai langkah maju dalam menyatukan rahasia kuno Bumi dan membuka jalan bagi pendekatan yang lebih tepat terhadap perubahan iklim kita