"Nikomakhos Etika": Kedalaman Pemikiran Aristoteles tentang Moralitas dan Kebahagiaan
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA - Aristoteles, sosok besar dalam sejarah filsafat, telah meninggalkan warisan intelektual yang menginspirasi dan menantang kita hingga saat ini. Salah satu karya fenomenalnya yang masih terus diperdebatkan dan dipelajari adalah "Nikomakhos Etika." Dalam artikel ini, kita akan melakukan tinjauan mendalam terhadap isi karya ini, memahami konsep-konsep yang diajukan oleh Aristoteles, dan menyoroti relevansinya dalam konteks kehidupan modern.
1. Eudaimonia: Kebahagiaan yang Berkelanjutan
Konsep utama yang ditekankan oleh Aristoteles dalam "Nikomakhos Etika" adalah eudaimonia, yang sering diterjemahkan sebagai kebahagiaan. Namun, Aristoteles mengartikannya lebih dari sekadar kesenangan atau kepuasan sesaat. Baginya, eudaimonia adalah kebahagiaan yang berkelanjutan, yang hanya dapat dicapai melalui kehidupan yang baik dan bermakna. Ini melibatkan pengembangan potensi manusia dan pencapaian tujuan tertinggi.
2. Kebajikan (Arete): Fondasi Karakter Moral
Aristoteles mengajarkan bahwa kebajikan (arete) adalah kunci untuk mencapai eudaimonia. Kebajikan, menurutnya, adalah kebiasaan baik yang membentuk karakter seseorang dan membimbing tindakan mereka. Ada dua jenis kebajikan: kebajikan moral (moral virtue), yang melibatkan perilaku yang baik dan etis dalam hubungan dengan orang lain, dan kebajikan intelektual (intellectual virtue), yang melibatkan pengetahuan dan kebijaksanaan.
3. Golden Mean: Keseimbangan dalam Kebajikan
Aristoteles menekankan pentingnya menemukan keseimbangan atau golden mean dalam praktik kebajikan. Ini berarti menghindari kedua ekstrem, yaitu kelebihan (excess) dan kekurangan (deficiency). Sebagai contoh, keberanian adalah kebajikan yang berada di tengah-tengah antara pengecut dan pemberani berlebihan. Menemukan titik tengah ini diperlukan untuk mencapai kehidupan yang baik.