John Sellars: Mengupas Stoicisme untuk Etika Kehidupan Modern
- Cuplikan Layar
Jakarta, WISATA - Di tengah kompleksitas dunia modern yang sarat dengan tekanan sosial, tuntutan pekerjaan, dan perubahan teknologi yang masif, pertanyaan mendasar tentang bagaimana seharusnya kita hidup menjadi semakin relevan. Dalam pencarian tersebut, muncul kembali perhatian pada filosofi kuno, salah satunya adalah Stoicisme. Dan salah satu tokoh kontemporer yang berperan besar dalam menghadirkan Stoicisme ke tengah masyarakat saat ini adalah John Sellars.
Sebagai filsuf dan penulis buku-buku terkemuka seperti Lessons in Stoicism dan Stoicism and the Art of Happiness, John Sellars dikenal luas karena keberhasilannya menyampaikan ajaran Stoik dalam bahasa yang mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan masa kini. Ia tidak hanya berbicara tentang teori, tetapi juga menggali bagaimana nilai-nilai Stoik bisa membentuk etika dan cara hidup yang bermakna di era modern.
Etika Stoik: Apa Itu dan Mengapa Penting?
Stoicisme merupakan aliran filsafat Yunani-Romawi yang berkembang pada abad ke-3 sebelum Masehi. Ajaran utamanya menekankan pada hidup selaras dengan alam, mengembangkan kebajikan, dan menerima kenyataan dengan bijaksana. Menurut para filsuf Stoik seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius, kebahagiaan sejati tidak bergantung pada hal-hal eksternal, melainkan pada cara kita berpikir, bertindak, dan menjalani hidup secara etis.
John Sellars menghidupkan kembali gagasan-gagasan ini dalam konteks abad ke-21. Ia menekankan bahwa etika Stoik bukanlah serangkaian aturan kaku, melainkan pendekatan reflektif dan sadar terhadap kehidupan. Bagi Sellars, Stoicisme adalah peta moral yang bisa membantu kita menghadapi ketidakpastian zaman modern dengan tenang dan bermartabat.
Etika sebagai Kunci Kehidupan Seimbang
Dalam buku Lessons in Stoicism, John Sellars membahas secara rinci bagaimana ajaran Stoik memberikan kerangka etis yang solid untuk kehidupan modern. Ia menyoroti bahwa banyak masalah moral masa kini—mulai dari konflik batin, dilema etika di tempat kerja, hingga kegelisahan eksistensial—dapat didekati dengan cara berpikir Stoik.
