Suku Papua Merawat Mumi Berusia 250 Tahun untuk Melestarikan Ritual Kuno
- Facebook/archaeologyworldwide.com
Wamena, WISATA – Bagaimana Rasanya menghabiskan malam bersama sisa-sisa mumi kerabat lama yang sudah meninggal? Semua ini karena menghormati dan melestarikan tradisi.
Apa yang tampak seperti adegan dalam film horor flick, adalah bagian dari kehidupan nyata seorang pemimpin suku di Wogi, sebuah desa terpencil di provinsi Papua, Indonesia.
Eli Mabel dari suku Dani menghabiskan banyak malam di gubuk tempat mumi disimpan untuk memastikan tidak terjadi apa-apa.
Dilansir dari archaeologyworldwide.com, dalam melindungi mumi yang menghitam - yang dikatakan sebagai sisa-sisa nenek moyangnya yang memerintah sekitar 250 tahun yang lalu - Mabel bertujuan untuk melestarikan tradisi mumifikasi suku Dani kuno, di mana jenazah orang-orang suku yang dihormati diawetkan dengan asap setelah kematian.
“Kita harus melindungi budaya kita, termasuk upacara mumi, cara kita memperlakukannya, memeliharanya dan membakarnya.”
Mumi tersebut dihiasi dengan bulu, gading babi, dan penutup penis dari labu tradisional. Api terus menyala di dalam gubuk, yang disebut 'honai'.
Untuk membuat jenazah menjadi mumi, masyarakat Dani menjemurnya di bawah terik matahari lalu menyimpannya di dalam gua, kata Dr. Semiarto Aji Purwanto, dosen antropologi Universitas Indonesia dan pakar kebudayaan Dani.
Selanjutnya, katanya, jenazah dipaparkan pada asap panas, lemak cairnya dikeringkan melalui tindikan, dan diolesi dengan lemak babi. Seluruh proses memakan waktu berbulan-bulan.
Mengapa harus bersusah payah?
“Dengan menjaga jenazahnya (suku Dani) diyakini mendapat berkah dari nenek moyang sehingga bisa lebih sejahtera,” kata Purwanto seraya menambahkan bahwa semua mumi suku Dani itu meringkuk “seperti janin saat dalam kandungan.”
Mumifikasi pernah menjadi hal biasa di kalangan suku Dani, namun kini punah setelah misionaris Kristen yang datang ke daerah tersebut 30 hingga 50 tahun yang lalu mendorong mereka untuk menguburkan dibandingkan membuat mumi, kata Purwanto, seraya menambahkan bahwa hanya enam atau tujuh mumi yang tersisa. Tapi mumi tidak pernah mati.
Foto ini diambil pada 7 Agustus 2016. memperlihatkan kepala suku Eli Mabel bersama sisa-sisa mumi leluhurnya Agat Mamete Mabel di luar rumah adat di desa Wogi di Wamena, rumah suku Dani yang telah lama terisolasi di dataran tinggi tengah Papua.
Masyarakat Dani tidak lagi melakukan mumifikasi, namun masyarakat suku tersebut menyimpan sejumlah mumi, beberapa di antaranya berusia beberapa ratus tahun, sebagai simbol penghormatan terhadap leluhur mereka.
Mumi tersebut meringkuk seperti janin, seperti semua mumi dalam tradisi Dani