Hoax dan Konsekuensinya: Bagaimana Informasi Palsu Mempengaruhi Masyarakat

Poster Pilpres2024
Sumber :
  • IG/pilpres2024

WISATA – Berita dengan konten politik untuk pemilihan umum (pemilu), terutama dalam konteks pemilihan presiden untuk 14 Februari mendatang, semakin ramai. Sayangnya tidak sedikit dalam konten-konten tersebut yang menyisipkan unsur hoax demi masing-masing jagoannya. Hal seperti ini seolah berulang setiap lima tahun sekali.

Jepang, Indonesia, dan Plato: Jepang Pilih yang Terbaik, Indonesia Pilih yang Tersisa, Sebuah Satire

Penyebaran hoax terjadi karena berbagai alasan, namun sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis. Berikut adalah beberapa alasan psikologis yang mungkin mendasari penyebaran hoax, dilansir dari berbagai sumber:

1. Keuntungan: Informasi hoax dan berita palsu dapat menguntungkan pihak yang menyebarkannya, misalnya dengan mempengaruhi opini publik atau merusak reputasi lawan politik.

Prabowo di Al Jazeera: Generasi Muda Bisa Bedakan yang Tulus dan yang Dibuat-buat

2. Bias Konfirmasi: Seseorang cenderung mencari informasi yang sesuai dan mendukung keyakinan atau pandangan mereka. Oleh karena itu, mereka bisa mempercayai hoax atau berita palsu tanpa melakukan validasi terlebih dahulu.

3. Rasa Malas: Manusia secara kognitif cenderung malas, sehingga tidak semua informasi akan di kroscek untuk memastikan kebenarannya.

Potensi Pertemuan Prabowo dan Megawati: Kawan Lama Bersua di Tengah Dinamika Politik

4. Politik Identitas: Hoax sering kali disebarkan untuk memanfaatkan politik identitas dan memanipulasi emosi pemilih. Isu-isu sensitif seperti agama, ras, dan etnis dapat digunakan sebagai alat untuk memperkuat narasi palsu.

5. Keterikatan Ideologis atau Politik: Orang cenderung semangat menyebarkan suatu berita palsu karena mereka yakin berita tersebut adalah benar, atau karena orang menganggap berita palsu tersebut memiliki bagian yang sama dengan dirinya sehingga merasa perlu untuk menyebarkan.

Halaman Selanjutnya
img_title