Bahagia Bukan dari Dunia Luar, Tapi dari Dalam Menurut Massimo Pigliucci

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Malang, WISATA — Di tengah kehidupan modern yang penuh dengan hiruk-pikuk dan tekanan sosial, kebahagiaan sering kali dianggap berasal dari hal-hal luar seperti kekayaan, popularitas, atau pencapaian materi. Namun, filsuf Stoik kontemporer Massimo Pigliucci mengingatkan kita bahwa sejatinya kebahagiaan berasal dari dalam diri sendiri, bukan dari dunia luar yang berubah-ubah. Pandangan ini relevan bagi siapa saja yang ingin menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati dalam kehidupan.

Emosi Bukan Musuh: Pelajaran dari Donald Robertson tentang Cara Mengelolanya dengan Bijak

Kebahagiaan yang Sesungguhnya

Menurut Pigliucci, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh dengan mengandalkan faktor eksternal yang bersifat sementara. Banyak orang mengejar harta benda, status sosial, atau pengakuan, tetapi hal-hal tersebut tidak menjamin kebahagiaan sejati.

Jangan Tunggu Kehilangan untuk Bersyukur: Pesan Stoik Donald Robertson yang Mengubah Cara Pandang Kita

“Nilai hidupmu tidak ditentukan oleh jumlah kekayaan, tapi oleh kualitas karaktermu,” kata Pigliucci.

Kebahagiaan sejati, menurut ajaran Stoik yang ia kembangkan secara kontemporer, berakar pada sikap batin yang positif dan kendali atas diri sendiri.

Media Sosial Bisa Jadi Musuh Tersembunyi Ketenangan Batin: Pesan Donald Robertson untuk Kita Semua

Filosofi Stoik tentang Kebahagiaan

Filsafat Stoik mengajarkan bahwa kita harus fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan—terutama pikiran dan sikap kita sendiri—dan menerima hal-hal yang berada di luar kendali dengan lapang dada. Pigliucci menegaskan bahwa hal tersebut merupakan kunci untuk meraih kebahagiaan yang stabil dan tidak bergantung pada perubahan dunia luar.

Dengan demikian, kebahagiaan menjadi hasil dari bagaimana kita memaknai dan menyikapi hidup, bukan dari apa yang kita miliki atau dapatkan.

Mengelola Harapan dan Realitas

Salah satu alasan utama banyak orang merasa tidak bahagia adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Pigliucci menyarankan agar kita mengendalikan ekspektasi kita agar tidak mudah kecewa oleh keadaan di luar kendali.

“Kendalikan ekspektasi, dan kamu akan menemukan ketenangan,” tegas Pigliucci.

Dengan mengurangi ketergantungan pada hasil eksternal, kita dapat lebih fokus pada proses hidup dan menghargai setiap momen.

Praktik Stoik untuk Mencapai Kebahagiaan dari Dalam

Massimo Pigliucci menyarankan beberapa praktik sederhana yang bisa diterapkan untuk membangun kebahagiaan yang berakar dari dalam:

1. Fokus pada Kebajikan

Kebajikan adalah nilai-nilai moral yang menjadi panduan hidup, seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kebijaksanaan. Menurut Pigliucci, kebahagiaan sejati muncul dari hidup yang selaras dengan kebajikan tersebut.

2. Refleksi Diri secara Rutin

Melakukan introspeksi harian membantu kita memahami diri sendiri, mengoreksi kesalahan, dan memperkuat karakter. Refleksi ini juga mengajarkan kita untuk lebih menerima diri dan keadaan.

3. Menerima Realitas dengan Lapang Dada

Penerimaan terhadap hal-hal yang tidak bisa diubah membantu mengurangi rasa frustrasi dan stres. Sikap ini membawa ketenangan dan membantu kita fokus pada hal-hal yang memang bisa kita perbaiki.

4. Latihan Syukur

Menghargai hal-hal kecil yang ada dalam hidup setiap hari memperkuat rasa puas dan kebahagiaan batin.

Kaitan dengan Kehidupan Modern

Di era digital dan sosial media, tekanan untuk tampil sempurna dan memiliki segalanya terasa semakin besar. Pigliucci mengingatkan agar kita tidak terjebak dalam perangkap dunia luar yang penuh ilusi dan tuntutan tersebut.

Menurutnya, dengan kembali pada prinsip Stoik dan fokus pada kebahagiaan dari dalam, kita dapat membangun kehidupan yang lebih bermakna dan damai.

Kesimpulan

Massimo Pigliucci mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah hadiah dari dunia luar yang sementara dan tidak pasti, melainkan berasal dari dalam diri melalui sikap mental yang bijak dan kendali atas diri sendiri. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Stoik yang menekankan fokus pada kebajikan, refleksi diri, penerimaan realitas, dan rasa syukur, kita dapat meraih kehidupan yang lebih bahagia dan bermakna.