Semakin Dikejar, Semakin Membakar: Pelajaran Stoik Donald Robertson tentang Bahaya Keinginan Tak Terbatas
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – Di era digital yang penuh dengan godaan instan dan ekspektasi yang terus meningkat, semakin sulit bagi banyak orang untuk merasa cukup. Kita terus mengejar lebih banyak—lebih banyak uang, lebih banyak pengikut, lebih banyak pengakuan. Namun, Donald Robertson, psikoterapis kognitif dan salah satu tokoh utama kebangkitan Stoikisme modern, memberi peringatan yang relevan: “Keinginan kita seperti api. Semakin kita beri bahan bakar, semakin besar ia membakar.”
Kutipan ini bukan sekadar kalimat puitis. Ia mengandung inti dari ajaran Stoikisme: bahwa keinginan yang tak terkendali adalah sumber utama penderitaan manusia. Dan di tengah dunia yang mendorong kita untuk terus menambah dan memperbesar, Robertson mengajak kita untuk justru berani mengurangi dan menyederhanakan.
Api yang Tidak Pernah Padam
Bayangkan keinginan seperti nyala api di perapian. Jika kita memberi cukup kayu, ia menghangatkan ruangan. Namun jika kita terus melemparkan kayu tanpa henti, api itu akan berkobar, membakar bukan hanya kayu, tetapi juga rumah yang kita tempati.
Begitu pula keinginan dalam diri kita. Saat keinginan itu terkendali dan sesuai dengan nilai-nilai kita, ia bisa menjadi dorongan yang sehat untuk tumbuh dan berkembang. Tetapi ketika keinginan menjadi nafsu tanpa arah, ia akan membakar ketenangan, kesederhanaan, dan makna dari hidup itu sendiri.
Filsafat Stoik tentang Keinginan
Dalam Stoikisme, keinginan yang berlebihan adalah bentuk ketidaktahuan akan apa yang benar-benar penting. Marcus Aurelius, dalam Meditations, menulis bahwa “segala sesuatu yang tidak perlu hanyalah beban.” Donald Robertson meneruskan ajaran ini dan menyusunnya ulang dalam konteks kehidupan modern.