Jangan Tunggu Kehilangan untuk Bersyukur: Pesan Stoik Donald Robertson yang Mengubah Cara Pandang Kita
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – “Belajarlah untuk menikmati yang kamu miliki, sebelum kehilangan semuanya.” Kalimat ini mungkin terdengar sederhana, namun maknanya dalam sekali—terutama di era modern saat kita sering kali terlalu sibuk mengejar hal-hal yang belum dimiliki, hingga lupa mensyukuri apa yang sudah ada.
Ucapan ini datang dari Donald Robertson, psikoterapis kognitif asal Skotlandia yang dikenal luas sebagai salah satu tokoh penting dalam kebangkitan Stoikisme modern. Melalui karya-karyanya, termasuk buku laris How to Think Like a Roman Emperor, Robertson berhasil menghidupkan kembali kebijaksanaan kuno Marcus Aurelius dan para filsuf Stoik dalam konteks kehidupan kontemporer—khususnya dalam menghadapi stres, kecemasan, dan kehilangan makna.
Budaya Kekurangan di Tengah Kelimpahan
Ironisnya, meski hidup di zaman serba ada, banyak orang justru merasa kekurangan. Ponsel pintar di genggaman, makanan mudah dipesan, hiburan tersedia 24 jam, namun hati tak kunjung tenang. Mengapa demikian?
Robertson melihat gejala ini sebagai bentuk ketidakhadiran kesadaran. Kita hidup dalam budaya yang selalu mendorong untuk “lebih”—lebih sukses, lebih kaya, lebih cantik, lebih cepat. Padahal, menurut pandangan Stoik, kebahagiaan sejati tidak datang dari penambahan, melainkan dari penghargaan terhadap apa yang sudah dimiliki sekarang.
Seni Menghargai Sebelum Kehilangan
Kutipan Robertson menjadi pengingat bahwa kita sering kali baru menyadari nilai sesuatu setelah kehilangan. Kesehatan baru terasa penting setelah sakit. Waktu bersama keluarga terasa mahal setelah mereka tak lagi di sisi kita. Bahkan momen tenang di sore hari bisa terasa istimewa setelah kita terjebak dalam rutinitas yang melelahkan.