Chrysippus: “Setiap Emosi adalah Hasil dari Penilaian Keliru”
- Cuplikan Layar
2. Respon, Bukan Reaksi
Filosofi Stoik mengajarkan kita untuk merespon secara sadar, bukan bereaksi impulsif. Emosi seperti marah atau kecewa bukanlah kewajiban, tapi pilihan — karena kita bisa memilih untuk menilai sesuatu secara berbeda.
Contoh Aplikasi Stoik dalam Situasi Emosional
Situasi | Penilaian Keliru |
Emosi yang Timbul | Penilaian Stoik | Hasil |
Gagal promosi | "Saya gagal karena tidak cukup baik" | Kecewa, sedih | "Promosi bukan ukuran nilai diri" | Tenang, reflektif |
Dikritik | "Dia merendahkan saya" | Marah | "Kritik adalah kesempatan berkembang" | Bijak, terbuka |
Ditolak cinta | "Saya tidak layak dicintai" | Sedih, putus asa | "Penolakan bukan cermin harga diri" | Bangkit, berdaya |
Apakah Stoikisme Menolak Emosi?
Banyak orang salah paham bahwa Stoikisme mengajarkan untuk “tidak punya emosi.” Ini keliru.
Yang ditolak oleh Chrysippus bukan emosi secara umum, melainkan emosi destruktif yang berasal dari penilaian keliru. Stoikisme justru merayakan emosi rasional seperti:
- Sukacita akan kebajikan
- Kasih sayang yang didasari pada kebaikan sejati
- Keteguhan hati di tengah tantangan