Ryan Holiday: Kebijaksanaan Tidak Datang dari Banyak Bicara, Tetapi dari Banyak Mendengar
- Cuplikan Layar
Malang, WISATA – Dalam arus zaman yang penuh kebisingan, media sosial yang memicu debat tanpa akhir, dan kehausan akan eksistensi diri melalui kata-kata, muncul satu kutipan dari tokoh Stoik kontemporer Ryan Holiday yang memaksa kita untuk berhenti sejenak dan merenung: “Kebijaksanaan tidak datang dari banyak bicara, tetapi dari banyak mendengar.”
Kutipan tersebut seolah menjadi tamparan lembut di era ketika banyak orang merasa harus selalu bersuara untuk terlihat pintar. Namun, dalam tradisi filsafat Stoik yang dibawa kembali ke publik modern oleh Ryan Holiday, kebijaksanaan justru lahir dari keheningan, pengamatan, dan pendengaran yang penuh kesadaran.
Makna Mendalam di Balik Kutipan Holiday
Ryan Holiday, melalui karyanya yang mendunia seperti The Obstacle Is the Way, Ego Is the Enemy, dan Stillness Is the Key, menjelaskan bahwa berbicara sering kali menjadi pelarian ego. Orang ingin didengar, ingin tampak unggul, namun lupa bahwa proses belajar dimulai dari mendengar. Mendengar bukan hanya soal telinga, tetapi tentang menyerap, memahami, dan merenungi sebelum merespons.
“Mereka yang bijak bukanlah yang paling banyak bersuara, melainkan yang paling banyak menyimak dunia di sekitarnya,” tulis Holiday dalam salah satu esainya.
Warisan Stoik: Mendengar Sebelum Bertindak
Filsafat Stoik yang berasal dari Yunani dan Romawi kuno, yang kemudian banyak dihidupkan kembali oleh Holiday, juga menekankan pentingnya mendengar sebagai bagian dari pengendalian diri dan kebijaksanaan. Marcus Aurelius dalam Meditations sering kali menuliskan refleksi atas pengalamannya sebagai kaisar yang harus lebih banyak mendengarkan daripada berbicara demi mengambil keputusan yang adil dan tepat.