Marcus Aurelius: Hidup Itu Singkat, Maka Buahnya Haruslah Karakter Baik dan Tindakan untuk Kebaikan Bersama

Marcus Aurelius
Sumber :
  • Cuplikan layar

Filsafat Stoik yang dianut Marcus Aurelius mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengendalikan semua peristiwa, tetapi kita bisa mengendalikan cara kita merespons. Dengan menyadari bahwa hidup itu singkat, kita terdorong untuk hidup lebih sadar, lebih terarah, dan lebih bertanggung jawab.

Marcus Aurelius: “Seseorang Harus Berdiri Tegak — Tidak Didorong untuk Berdiri”

Hal ini sangat relevan dalam dunia digital dan cepat seperti sekarang. Informasi yang melimpah, tekanan sosial media, serta persaingan karier yang ketat sering membuat kita kehilangan arah. Dengan merenungkan kembali prinsip Stoik, kita diajak kembali ke hal-hal yang esensial: Siapa saya? Apa yang saya perjuangkan? Bagaimana saya bisa bermanfaat bagi sesama?

Dampak Positif di Dunia Teknologi dan Inovasi

“Jangan Berbuat Seperti Orang yang Mengeluh. Bersikaplah Seperti Orang yang Dilahirkan untuk Melakukan Kebaikan”

Dalam dunia teknologi, kutipan Marcus ini bisa dijadikan panduan etis: jangan hanya mengejar profit, tapi pikirkan dampaknya terhadap masyarakat. Banyak perusahaan teknologi hari ini mulai mengadopsi pendekatan “technology for good” — bahwa setiap inovasi harus dilandasi oleh niat untuk membantu orang lain, bukan sekadar mengejar pasar.

Indonesia sendiri telah menyaksikan kemajuan besar dalam bidang teknologi—dari digitalisasi UMKM, AI, robotika industri, hingga green energy. Namun, semua itu akan kehilangan makna jika tidak dilandasi karakter yang baik dan keinginan untuk memberikan manfaat sosial.

"Kamu Memiliki Kekuasaan atas Pikiranmu — Bukan atas Peristiwa. Sadari Ini, dan Kamu Akan Menemukan Kekuatan"

Dengan kata lain, teknologi harus menjadi alat untuk memperluas karakter dan nilai-nilai luhur, bukan menggantikannya.

Penutup: Hidup Bijak dengan Tujuan

Halaman Selanjutnya
img_title