Albert Camus: Hukum dan Alam Tidak Bisa Mengikuti Aturan yang Sama
- Cuplikan layar
Ketika Hukum Berupaya Meniru Alam: Sebuah Kesalahan Fatal
Sejarah mencatat berbagai rezim yang berusaha menggunakan prinsip "alam" sebagai pembenaran untuk aturan-aturan tidak manusiawi. Misalnya, ideologi fasis yang mendasarkan struktur sosial pada “hukum rimba” — yang kuat menguasai yang lemah — adalah upaya keliru dalam meniru alam. Begitu pula dengan pandangan sosial darwinisme ekstrem yang menganggap kemiskinan sebagai hasil seleksi alam yang wajar.
Dalam sudut pandang Camus, pendekatan semacam ini berbahaya. Hukum harus menjadi alat untuk memperbaiki kekacauan, bukan mencerminkan kekacauan itu. Justru tugas hukum adalah menjinakkan “kejamnya” dunia alamiah melalui nilai-nilai keadilan, belas kasih, dan tanggung jawab moral.
Manusia sebagai Makhluk Beretika
Yang membedakan manusia dari makhluk lainnya adalah kesadarannya akan moral dan etika. Kita mampu memilih, menimbang, dan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai. Dalam konteks ini, hukum adalah manifestasi dari upaya manusia untuk hidup tidak hanya berdasarkan naluri dan insting, tetapi berdasarkan kesepakatan dan keadilan.
Camus menyadari bahwa dunia adalah absurd — penuh ketidaksesuaian antara harapan manusia dan kenyataan. Namun justru karena itu, ia percaya bahwa kita harus menciptakan struktur yang bermakna, dan hukum adalah salah satunya. Meski dunia ini tidak adil secara alami, manusia bisa menciptakan keadilan melalui sistem hukum.
Paradoks dalam Penegakan Hukum