Seneca: Jalan Menuju Keagungan Tidak Pernah Mulus, Namun Layak Diperjuangkan
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA — Filsuf Stoik Romawi, Lucius Annaeus Seneca, pernah berkata, “It is a rough road that leads to the heights of greatness.” Dalam bahasa Indonesia, artinya: “Jalan yang membawa ke puncak kejayaan adalah jalan yang terjal.” Ungkapan ini bukan hanya rangkaian kata-kata indah, melainkan refleksi mendalam tentang arti ketekunan, ketabahan, dan perjalanan menuju pencapaian besar dalam hidup.
Di tengah budaya instan saat ini, di mana keberhasilan seringkali dilihat dari hasil cepat dan pencitraan semata, pernyataan Seneca ini seolah menjadi teguran. Ia mengingatkan bahwa semua pencapaian sejati, semua kebesaran yang bermakna, tidak pernah dicapai melalui jalan yang mudah. Justru sebaliknya, jalan itu penuh tantangan, rintangan, kegagalan, dan ujian.
Banyak tokoh besar dunia—baik dalam bidang ilmu, seni, maupun kepemimpinan—menapaki jalan yang sulit sebelum sampai ke puncak. Thomas Edison gagal ribuan kali sebelum menemukan bola lampu. Nelson Mandela menghabiskan puluhan tahun dalam penjara sebelum memimpin Afrika Selatan menuju rekonsiliasi. Di Indonesia, kisah perjuangan tokoh seperti B.J. Habibie atau R.A. Kartini juga membuktikan bahwa keagungan selalu lahir dari perjuangan yang tidak mudah.
Seneca mendorong kita untuk mengubah cara pandang terhadap kesulitan. Bukan sebagai sesuatu yang harus dihindari, melainkan sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembentukan diri. Setiap tantangan yang dihadapi dan diatasi menjadikan seseorang lebih tangguh, lebih bijaksana, dan lebih pantas untuk berada di tempat tinggi yang ia tuju.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, pernyataan Seneca ini sangat relevan. Seorang pelajar yang berjuang memahami pelajaran sulit, seorang pengusaha yang harus melewati kerugian, atau seorang ibu yang membesarkan anak dalam keterbatasan—semuanya menapaki jalan terjal. Namun justru dalam proses itulah terbentuk karakter, keberanian, dan integritas yang akan membawa mereka menuju “heights of greatness”.
Seneca juga mengajarkan kita untuk tidak takut terhadap proses panjang dan tidak nyaman. Dalam Stoikisme, kebahagiaan sejati bukan diperoleh dari kemudahan hidup, tetapi dari cara kita menjalaninya dengan bijak dan penuh kesadaran. Jalan terjal mengajarkan kita kerendahan hati, kesabaran, dan rasa syukur atas setiap langkah yang berhasil dilewati.
Akhirnya, yang membedakan mereka yang berhasil dari yang menyerah bukanlah seberapa mulus jalan yang mereka lalui, tetapi seberapa teguh mereka melangkah saat jalan menjadi sulit. Seperti yang diyakini Seneca, keagungan hanya dapat dicapai oleh mereka yang cukup berani untuk menempuh jalan yang terjal, penuh luka, namun sarat makna.