Albert Camus: Menelaah Kekerasan: Keniscayaan yang Tak Pernah Dibenarkan
- Cuplikan layar
Kekerasan hanya menciptakan siklus dendam yang tak berkesudahan. Apa yang lahir dari darah jarang menghasilkan kedamaian. Sebaliknya, luka yang ditinggalkan oleh kekerasan sering kali diwariskan ke generasi berikutnya.
Kekerasan di Dunia Modern: Bentuknya Berubah, Luka Tetap Sama
Di era modern, bentuk kekerasan tidak hanya berupa fisik. Kekerasan psikologis, ekonomi, digital, hingga simbolik menjadi wajah baru dari agresi yang membekas lama. Ketika seseorang dihina di media sosial, ketika masyarakat kecil kehilangan haknya karena kebijakan yang tidak adil, ketika suara dibungkam oleh kekuasaan — semua itu adalah bentuk kekerasan yang nyata.
Camus menyadarkan kita bahwa kekerasan dalam bentuk apapun tetap merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Meski sering tidak terlihat, dampaknya sangat nyata.
Camus dan Moralitas yang Tegas
Albert Camus bukan sekadar filsuf yang melukiskan absurditas dunia. Ia adalah suara nurani yang menolak ketidakadilan dalam bentuk apa pun. Dalam novel, esai, dan pidatonya, Camus selalu mengajak kita untuk menimbang tindakan kita berdasarkan moral, bukan hanya logika pragmatis.
Dengan mengatakan bahwa kekerasan itu tidak bisa dibenarkan, ia sebenarnya menyerukan perlawanan yang bermartabat. Menolak kekerasan bukan berarti pasif. Justru, itu menunjukkan kekuatan moral yang lebih tinggi — kekuatan yang tidak membalas keburukan dengan keburukan.