Mengungkap Filosofi Übermensch: Konsep Manusia Unggul dalam Pemikiran Nietzsche

Friedrich Nietzsche
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Malang, WISATAFriedrich Nietzsche, seorang filsuf Jerman abad ke-19, dikenal dengan pemikiran-pemikirannya yang radikal dan penuh kontroversi. Salah satu konsep paling terkenal dan paling sering dibahas dalam karya-karyanya adalah "Übermensch" atau yang dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai "manusia unggul". Konsep ini diperkenalkan dalam karya monumentalnya, Thus Spoke Zarathustra (1883-1885), yang hingga kini masih menjadi bahan diskusi mendalam dalam dunia filsafat modern. Artikel ini akan mengungkap makna dan filosofi di balik konsep Übermensch, serta relevansinya dalam kehidupan masa kini.

Albert Camus: Kebaikan Sejati untuk Masa Depan Terletak pada Pengabdian Sepenuhnya di Masa Kini

Friedrich Nietzsche dan Lahirnya Konsep Übermensch

Nietzsche memperkenalkan istilah Übermensch sebagai gambaran ideal manusia yang telah berhasil melampaui kondisi dan keterbatasan manusia biasa. Dalam pandangannya, manusia biasa masih terbelenggu oleh moralitas tradisional, nilai-nilai lama yang kaku, serta norma sosial yang membatasi kebebasan berpikir dan bertindak. Übermensch hadir sebagai sosok yang berani melepas segala ikatan tersebut dan menciptakan nilai-nilai baru berdasarkan kehendak bebas dan kekuatan batin yang dimilikinya.

Socrates: “Hanya Ada Satu Kebaikan, yaitu Pengetahuan, dan Satu Kejahatan, yaitu Kebodohan”

Menurut Nietzsche, manusia unggul bukanlah manusia dengan kekuatan fisik yang luar biasa, melainkan individu yang mampu menguasai dirinya sendiri, berani berbeda, dan mampu bertanggung jawab penuh atas hidupnya. Dengan kata lain, Übermensch adalah pribadi yang mengutamakan kemandirian intelektual dan moral, sekaligus menjunjung tinggi kreativitas dalam membangun nilai-nilai hidup baru.

Makna Filosofis Übermensch dalam Thus Spoke Zarathustra

Thus Spoke Zarathustra: Panduan Menjadi Manusia Unggul di Era Modern

Dalam Thus Spoke Zarathustra, Nietzsche menggunakan tokoh Zarathustra sebagai pembawa pesan untuk mengajak umat manusia melewati “manusia lama” menuju “manusia unggul”. Zarathustra berbicara kepada para pendengarnya untuk membuang kepercayaan lama, termasuk konsep Tuhan yang selama ini dijadikan pijakan moral, yang kemudian Nietzsche nyatakan telah “mati.” Dengan hilangnya Tuhan, maka secara otomatis manusia ditantang untuk menciptakan sistem nilai baru.

Übermensch menjadi simbol dari kemampuan manusia untuk mendobrak kebiasaan lama dan keluar dari zona nyaman. Nietzsche menekankan bahwa jalan menuju kebesaran dan pencerahan selalu melalui perjuangan dan kesendirian. Dalam proses tersebut, seseorang harus berani menentang norma sosial dan moralitas konvensional demi menemukan dan menegakkan kebenarannya sendiri.

Halaman Selanjutnya
img_title