Socrates dan Kesetaraan Perempuan: Ketika Wanita Menjadi Unggul Setelah Setara
- Image Creator/ Handoko
Jakarta, WISATA — Filsuf Yunani kuno, Socrates, meninggalkan banyak warisan pemikiran yang masih relevan hingga hari ini. Salah satu kutipannya yang cukup kontroversial namun sarat makna adalah:
“Once made equal to man, woman becomes his superior.”
Atau dalam terjemahan bebasnya: "Begitu disetarakan dengan laki-laki, perempuan menjadi lebih unggul darinya."
Pernyataan ini, yang muncul dari sosok yang hidup ribuan tahun lalu, justru terasa sangat progresif dan relevan dalam diskursus kesetaraan gender masa kini. Socrates tidak sekadar menyuarakan harapan tentang keadilan antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga menyampaikan keyakinan bahwa perempuan memiliki potensi yang besar—bahkan bisa melampaui laki-laki—asal diberi ruang dan kesempatan yang sama.
Melacak Akar Pemikiran Socrates tentang Perempuan
Masyarakat Yunani kuno dikenal sebagai masyarakat patriarkis. Perempuan kerap ditempatkan di ruang domestik, tidak dilibatkan dalam politik atau filsafat secara umum. Namun, Socrates tampil berbeda. Ia menganggap bahwa kemampuan berpikir tidak ditentukan oleh jenis kelamin, tetapi oleh jiwa dan akal budi.
Dalam banyak dialog yang dicatat oleh muridnya, Plato, Socrates tampak bersedia berdiskusi dengan siapa saja—termasuk perempuan. Ini menjadi bukti bahwa ia melihat perempuan sebagai subjek berpikir, bukan objek yang hanya bertugas melayani.
Pernyataan bahwa perempuan, ketika sudah disetarakan, justru menjadi lebih unggul dari laki-laki, menyiratkan keyakinan bahwa ada potensi besar yang tersembunyi karena struktur sosial yang menindas. Socrates seolah sedang memberi peringatan: "Jika kalian membiarkan perempuan berkembang, kalian akan melihat kehebatannya yang selama ini terpendam."
Kesetaraan Gender di Masa Kini: Socrates Tetap Relevan