Latihan Mental ala Pierre Hadot: Jembatan Antara Pikiran dan Tindakan yang Sering Terlupakan

Malang, WISATA – “Latihan mental adalah jembatan antara pikiran dan tindakan.” Kalimat reflektif dari filsuf Prancis Pierre Hadot ini menjadi penanda penting bahwa berpikir saja tidak cukup. Di tengah era informasi yang melimpah seperti sekarang, manusia justru sering kali terjebak dalam tumpukan teori dan pengetahuan tanpa benar-benar mengubah cara hidupnya. Hadot mengingatkan, filsafat sejati baru berarti jika pikiran yang tertanam diterjemahkan ke dalam laku kehidupan nyata—dan jembatannya adalah latihan mental yang konsisten.

Pierre Hadot dikenal luas sebagai tokoh penting dalam membangkitkan kembali filsafat kuno sebagai gaya hidup praktis. Dalam karya terkenalnya Philosophy as a Way of Life, ia menekankan bahwa pemikiran para filsuf seperti Epiktetos, Seneca, dan Marcus Aurelius bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk dijalani. Hadot menghidupkan kembali semangat bahwa filsafat bukan sekadar diskursus akademis, melainkan jalan untuk membentuk karakter dan menciptakan hidup yang bermakna.

Dari Pikiran Menuju Tindakan

Kita hidup di zaman di mana banyak orang tahu apa yang benar, tapi tidak menjalaninya. Kita tahu pentingnya sabar, tapi tetap marah di jalan raya. Kita tahu nilai kejujuran, tapi bisa tergoda berbohong untuk kenyamanan sesaat. Hadot melihat jurang ini bukan karena manusia kurang pengetahuan, melainkan karena tidak melatih mentalnya untuk menjembatani antara teori dan praktik.

Latihan mental adalah jalan sunyi namun berdampak besar. Ia melatih kita untuk mengatur reaksi, meresapi nilai, dan melampaui impuls. Seperti otot, mentalitas juga bisa diperkuat melalui pengulangan dan disiplin—dan itulah inti dari latihan filsafat menurut Hadot.

Apa Itu Latihan Mental?

Hadot merujuk pada praktik-praktik spiritual dalam tradisi Stoikisme dan filsafat Helenistik lainnya. Latihan ini bukan dalam pengertian mistik, melainkan rutinitas sederhana yang melatih kesadaran dan kendali diri. Misalnya:

Halaman Selanjutnya

Refleksi diri sebelum tidur: Meninjau kembali tindakan dan keputusan hari ini—apa yang selaras dengan nilai, dan apa yang perlu diperbaiki.Menghadapi emosi dengan kesadaran: Saat marah, bertanya pada diri sendiri: “Apakah ini layak dipertahankan?”Melatih rasa syukur dan penerimaan: Mengingat kembali hal-hal kecil yang patut disyukuri meski hari terasa berat.