Seneca: “Amarah yang Tak Terkendali Lebih Menyakiti Kita Daripada Luka yang Menyebabkannya”
- Cuplikan layar
Stoikisme menekankan pentingnya mengendalikan apa yang berada dalam kekuasaan kita—pikiran, tindakan, dan reaksi kita. Emosi seperti amarah, jika tidak diatur, akan menjadikan kita budak emosi sendiri. Seneca mengajarkan bahwa kematangan spiritual seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk tetap tenang di tengah provokasi.
Baginya, orang yang bijaksana bukanlah yang tidak pernah marah, tetapi yang tidak membiarkan amarah menguasai dirinya.
Dampak Nyata Amarah Tak Terkendali
Dalam dunia modern, banyak contoh nyata yang mencerminkan kebenaran kutipan Seneca. Mulai dari pertikaian keluarga yang berujung kekerasan, pertengkaran di tempat kerja, hingga konflik di media sosial yang membesar hanya karena emosi sesaat. Semua itu menunjukkan betapa mahalnya harga yang harus dibayar ketika kita gagal menahan diri.
Sebuah studi dari American Psychological Association bahkan menyebutkan bahwa kemarahan kronis dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik seperti peningkatan tekanan darah, penyakit jantung, hingga masalah mental seperti depresi dan kecemasan.
Langkah Bijak Menyikapi Amarah
1. Berhenti dan Tarik Napas: Saat emosi memuncak, beri diri Anda jeda beberapa detik untuk menarik napas dalam-dalam. Ini sederhana tapi efektif untuk menghindari tindakan impulsif.