Epictetus: Tentukan Dulu Siapa Dirimu, Lalu Lakukan Apa yang Harus Dilakukan
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – Pernahkah kita merasa terjebak dalam rutinitas tanpa arah? Atau merasa sibuk tetapi tidak tahu apakah semua kesibukan itu benar-benar membawa kita menuju tujuan hidup? Filsuf Stoik asal Yunani, Epictetus, menyampaikan sebuah prinsip yang sederhana namun sangat mendalam:
“First say to yourself what you would be; and then do what you have to do.”
(Tentukan dulu siapa kamu ingin menjadi; lalu lakukan apa yang harus dilakukan.)
Kutipan ini membawa kita kembali pada inti dari kehidupan yang terarah dan bermakna. Tidak cukup hanya bergerak, kita juga harus tahu ke mana tujuan hidup kita. Epictetus mengingatkan bahwa visi pribadi adalah fondasi dari tindakan yang berarti.
Kenali Diri dan Tujuanmu
Kutipan ini menekankan pentingnya mengenali terlebih dahulu siapa kita ingin menjadi. Apakah kita ingin menjadi pribadi yang bijak? Seorang pemimpin yang adil? Seorang seniman yang jujur? Atau mungkin seseorang yang hidup dengan integritas dan kedamaian batin?
Menentukan tujuan hidup bukan hanya soal mimpi besar, tetapi juga kejelasan nilai-nilai pribadi. Jika kita tidak pernah menetapkan siapa diri yang kita cita-citakan, maka semua tindakan kita bisa menjadi sia-sia—seperti kapal tanpa arah di tengah laut.
Dari Identitas ke Aksi
Setelah menetapkan tujuan hidup, langkah berikutnya adalah bertindak sesuai dengan arah tersebut. Ini adalah pesan kedua dari Epictetus: "lakukan apa yang harus dilakukan."
Filosofi Stoik tidak pernah berhenti pada kontemplasi. Ia selalu menuntut aksi. Epictetus tidak mengatakan “bayangkan siapa kamu ingin jadi, lalu duduk diam,” melainkan menekankan bahwa setelah ada kejelasan arah, maka dibutuhkan komitmen dan kedisiplinan untuk mencapainya.
Contohnya, jika kamu ingin menjadi orang yang bijaksana, kamu perlu membaca, merenung, belajar dari pengalaman, dan melatih pengendalian diri. Jika kamu ingin jadi pemimpin yang adil, kamu perlu bersikap tegas, jujur, dan bertanggung jawab. Tidak ada jalan pintas—yang ada hanya kerja keras dan konsistensi.
Kehidupan Modern yang Sibuk tapi Hampa
Di era digital saat ini, banyak orang merasa sibuk setiap hari, namun di malam hari merasa kosong dan tidak puas. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka bergerak tanpa arah. Mereka mengikuti arus, terjebak dalam tekanan sosial, mengejar pencapaian demi validasi eksternal, tetapi kehilangan jati diri sejati.
Epictetus memberi penawar yang sangat relevan: kenali siapa kamu ingin menjadi, dan fokuslah melakukan tindakan yang mendekatkanmu pada tujuan tersebut. Dengan prinsip ini, hidup menjadi lebih bermakna, tidak peduli sesederhana apa pun peran yang kamu jalani.
Penerapan Praktis dalam Kehidupan
1. Tuliskan Tujuan Hidupmu
Luangkan waktu untuk bertanya pada diri sendiri: “Siapa saya ingin menjadi dalam hidup ini?” Bukan soal profesi saja, tapi soal karakter, nilai, dan kontribusi yang ingin kamu berikan.
2. Susun Langkah Nyata
Setelah menetapkan tujuan, susunlah langkah-langkah yang bisa kamu lakukan mulai hari ini. Tidak perlu besar. Tindakan kecil yang konsisten akan menghasilkan perubahan besar.
3. Lakukan Evaluasi Diri Berkala
Tanyakan secara jujur pada dirimu: apakah tindakan saya hari ini mendekatkan saya pada tujuan saya? Jika belum, perbaiki besok. Jika ya, lanjutkan dan tingkatkan.
4. Jangan Takut Gagal
Epictetus juga mengajarkan bahwa kegagalan bukanlah musuh. Yang penting adalah terus melangkah dan tidak kehilangan arah.
Menjadi Dirimu yang Terbaik, Bukan Meniru Orang Lain
Kutipan ini juga mengingatkan kita untuk menetapkan versi terbaik dari diri kita sendiri—bukan meniru kehidupan orang lain. Di era media sosial, sangat mudah untuk tergoda membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Padahal, kita semua punya jalan masing-masing.
Jadilah dirimu sendiri, versi terbaik dari dirimu. Bukan versi editan dari orang lain. Hidup yang autentik dimulai dari kesadaran tentang siapa kita, dan komitmen untuk tumbuh menuju tujuan yang kita tetapkan sendiri.
Kesimpulan: Hidup dengan Arah, Hidup dengan Arti
Kata-kata Epictetus mengajak kita untuk kembali ke dasar kehidupan yang berarti: kenali siapa yang ingin kamu jadikan, dan bertindaklah sesuai dengan itu. Ini bukan hanya filosofi untuk dibaca, tapi prinsip untuk dijalani setiap hari.
Di tengah dunia yang bising dan penuh tuntutan, prinsip ini bisa menjadi kompas yang menuntun kita pada kehidupan yang tenang, bermakna, dan terarah. Jadi, sebelum memulai hari, tanyakan pada dirimu: “Siapa saya ingin jadi?” Dan biarkan jawaban itu membimbing setiap langkahmu.