Massimo Pigliucci: Bahagia Bukan dari Dunia Luar, Tapi dari Dalam

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Cuplikan layar

Malang, WISATA – Di tengah dunia modern yang penuh hiruk pikuk dan tuntutan untuk terus mengejar pencapaian materi, filsuf Massimo Pigliucci hadir dengan pandangan yang menyejukkan: kebahagiaan sejati tidak berasal dari luar, melainkan dari dalam diri kita sendiri. Gagasan ini bukanlah sembarang retorika, melainkan bagian dari warisan Stoisisme—aliran filsafat kuno yang justru makin relevan di era digital dan konsumtif saat ini.

Menurut Seneca: Bagi Keserakahan, Seluruh Alam Pun Terasa Kurang

Sebagai profesor filsafat di City College of New York dan penulis buku laris How to Be a Stoic, Pigliucci telah menghidupkan kembali prinsip-prinsip filsafat Stoik melalui pendekatan modern dan praktis. Salah satu pesan utamanya adalah pentingnya membangun kebahagiaan yang tidak bergantung pada hal-hal di luar kendali kita, seperti opini orang lain, kekayaan, atau keberhasilan eksternal.

Apa Itu Kebahagiaan Menurut Stoisisme?

Seneca: Mengapa Orang yang Selalu Ingin Lebih Justru yang Paling Miskin

Dalam tradisi Stoik, kebahagiaan (eudaimonia) bukanlah tentang kesenangan sesaat atau pencapaian materi, melainkan tentang menjalani hidup secara bermoral dan rasional sesuai dengan kebajikan. Pigliucci menjelaskan bahwa hal-hal eksternal seperti uang, status sosial, atau bahkan kesehatan bukanlah penentu utama kebahagiaan sejati.

“Kita tidak bisa mengontrol banyak hal dalam hidup ini. Tapi kita bisa mengontrol sikap kita terhadap hal-hal tersebut,” ujarnya dalam salah satu kuliah umum. “Jika kita meletakkan kebahagiaan pada sesuatu yang bisa hilang, maka kita selalu berada dalam bahaya keputusasaan.”

Seneca: Kemiskinan Hanya Membutuhkan Sedikit, Tapi Keserakahan Tidak Pernah Cukup

Mengapa Dunia Luar Tidak Cukup?

Dalam masyarakat modern, kita diajak untuk percaya bahwa kebahagiaan dapat dibeli atau diperoleh melalui status sosial. Namun Pigliucci menegaskan bahwa ketergantungan pada validasi eksternal justru membuat kita rapuh secara emosional. Begitu kehilangan pekerjaan, gagal dalam hubungan, atau mengalami kemunduran, kita akan kehilangan rasa nilai diri.

Halaman Selanjutnya
img_title