Epictetus: Kita Tidak Bisa Lari dari Kematian, Tapi Bisa Lari dari Ketakutannya

Epictetus
Sumber :
  • Cuplikan layar

Takut Mati: Ketakutan yang Paling Manusiawi

Socrates: Jalan Termulia Bukan Menjatuhkan, Tapi Terus Memperbaiki Diri

Ketakutan terhadap kematian adalah salah satu naluri paling dasar dalam diri manusia. Ketika tubuh kita merasakan bahaya, otak langsung mengaktifkan mekanisme bertahan hidup. Namun, dalam dunia modern—ketika bahaya fisik semakin jarang—ketakutan ini berubah menjadi kecemasan psikologis. Kita takut kehilangan, takut menderita, takut meninggalkan orang-orang tercinta, atau bahkan takut tidak berarti.

Epictetus mengajak kita untuk menyadari bahwa rasa takut itu muncul bukan karena kematian itu sendiri menakutkan, tapi karena cara pandang kita yang keliru terhadap kematian. Kita membayangkan hal-hal buruk, penderitaan, atau kehampaan. Padahal, sebagaimana tidur datang setelah lelah, kematian datang sebagai bagian dari hidup itu sendiri.

Socrates: Rawat Jiwamu dengan Mengenali Dirimu Sendiri

Mengapa Takut Tidak Mengubah Apa Pun?

Epictetus dengan logika Stoiknya menantang pikiran kita: kalau pun kita takut mati, apakah ketakutan itu akan membuat kita tidak mati? Tentu tidak. Justru sebaliknya, ketakutan membuat sisa hidup kita menjadi lebih sempit dan penuh kecemasan. Kita hidup dalam bayang-bayang yang belum tentu terjadi, dan melupakan kehidupan itu sendiri.

Socrates: “Kenali Diri Sendiri” — Kunci Menuju Kebijaksanaan dan Kehidupan Bermakna

Alih-alih hidup dengan penuh kesadaran, kita malah terus dihantui oleh akhir yang tak bisa kita hindari. Epictetus mengajarkan bahwa ketakutan itu hanya memperburuk keadaan. Karena itu, ia mengajak kita untuk tidak “mati sambil meratap dan gemetar,” tetapi menerima kenyataan itu dengan tenang dan terhormat.

Pilihan Ada di Tangan Kita

Halaman Selanjutnya
img_title