Lepaskan Ekspektasi, Raih Ketenangan: Nasihat Stoik Marcus Aurelius untuk Hidup Lebih Damai
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA – Dalam catatan pribadinya, Marcus Aurelius, kaisar Romawi sekaligus filsuf Stoik, menegaskan satu kebenaran sederhana namun mendalam: “Semakin cepat kamu melepaskan harapan bahwa dunia harus berjalan sesuai keinginanmu, semakin tenang hidupmu.”
Kutipan ini, yang tertuang dalam karyanya Meditations, mengajak kita untuk memahami bahwa keindahan hidup tidak bergantung pada bagaimana keadaan di luar, melainkan pada kemampuan kita menerima kenyataan dan menata ulang ekspektasi. Di tengah dinamika zaman modern—dengan tekanan pekerjaan, media sosial, dan perubahan cepat—nasihat kuno ini justru menjadi pegangan berharga untuk mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan sejati.
Mengapa Harapan Bisa Menjadi Beban
Harapan adalah dorongan alami manusia untuk meraih hal-hal baik: karier cemerlang, hubungan yang sempurna, atau kondisi lingkungan yang ideal. Namun, ketika harapan itu tertuju pada hal-hal di luar kendali kita, ia sering berubah menjadi sumber kekecewaan, stres, dan kecemasan.
Marcus Aurelius menyadari hal ini lebih dari 1.800 tahun lalu. Sebagai pemimpin besar, ia menghadapi intrik politik, perang, dan kekacauan alam. Ia belajar bahwa semakin ia menuntut agar segala sesuatunya berjalan sesuai rencana, semakin ia terjerat dalam penderitaan. Lewat kutipan di atas, ia mengajarkan kita untuk mengganti “harapan” dengan “usaha”—berfokus pada apa yang bisa dilakukan, bukan pada hasil akhir yang belum pasti.
Stoikisme: Seni Melepaskan dan Menerima
Dalam Stoikisme, ada prinsip penting yang disebut amor fati, yaitu mencintai takdir. Prinsip ini mengajak kita untuk menyambut semua peristiwa—baik maupun buruk—dengan sikap lapang dada dan hati terbuka. Ketika kita berusaha menolak atau memaksakan kehendak pada dunia, kita sebenarnya memperpanjang penderitaan.