Marcus Aurelius: Kebajikan Sejati Terbukti di Tengah Cobaan, Bukan dalam Kemewahan
- Image Creator Bing/Handoko
Dalam kehidupan sehari-hari, contoh sederhana terlihat pada orang-orang yang tetap jujur meski dalam tekanan ekonomi, tetap sabar dalam menghadapi penyakit, atau tetap berbuat baik walau tidak ada yang melihat.
Mengapa Cobaan Penting Menurut Filsafat Stoik?
Menurut Stoikisme, cobaan bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan kesempatan untuk memperkuat karakter. Seperti besi yang diuji dengan api, manusia mengasah kebajikannya melalui kesulitan. Marcus Aurelius percaya bahwa kita tidak bisa mengontrol keadaan eksternal, tetapi kita bisa selalu memilih bagaimana meresponsnya.
Ini selaras dengan pandangan Epictetus yang menyatakan, "Bukan peristiwa itu sendiri yang menyakiti kita, melainkan penilaian kita terhadap peristiwa itu." Dengan membentuk cara pandang yang benar, seseorang bisa mempertahankan kebajikan bahkan di tengah situasi terburuk.
Relevansi di Era Modern
Dalam dunia modern yang serba cepat dan penuh tekanan, ajaran ini menjadi semakin penting. Ketika banyak orang mengejar kenyamanan dan kemewahan, mengingat bahwa nilai sejati diuji di masa-masa sulit memberikan perspektif berbeda tentang keberhasilan dan kebahagiaan.
Seorang profesional yang tetap beretika meski dihadapkan pada godaan korupsi, atau seorang pemimpin yang tetap mengutamakan kepentingan umum di tengah krisis politik, adalah wujud nyata dari kebajikan sejati menurut Marcus Aurelius.