“Tuhan Telah Mati, dan Kita Telah Membunuh-Nya”: Gema Pemikiran Friedrich Nietzsche yang Mengguncang Dunia Filsafat
- Image Creator Grok/Handoko
Nietzsche tidak bermaksud membawa manusia ke dalam keputusasaan, tetapi justru mendorong untuk mencari makna baru. Ia menantang manusia untuk tidak menggantungkan diri pada dogma lama, melainkan menciptakan sistem nilai baru secara independen. Di sinilah muncul konsep Übermensch atau manusia unggul, yakni individu yang mampu menciptakan makna sendiri di dunia tanpa Tuhan.
Guncangan Budaya dan Relevansi Kontemporer
Pernyataan “Tuhan telah mati” tidak hanya mengguncang filsafat Barat, tetapi juga dunia seni, budaya, hingga psikologi. Tokoh-tokoh seperti Sigmund Freud, Jean-Paul Sartre, hingga Albert Camus mengembangkan gagasan serupa mengenai krisis identitas manusia modern.
Dalam budaya populer, ide ini mencuat dalam berbagai karya sastra dan film, mencerminkan keresahan terhadap hilangnya makna hidup di era modern yang penuh dengan kecanggihan teknologi namun miskin spiritualitas.
Di era pasca-modern seperti sekarang, ketika pluralitas kepercayaan dan relativisme moral semakin menguat, pernyataan Nietzsche ini kembali menjadi refleksi penting. Apakah umat manusia telah benar-benar siap hidup tanpa fondasi nilai transenden? Ataukah kita hanya menggantikan Tuhan dengan bentuk “berhala” baru seperti uang, ketenaran, atau teknologi?
Nietzsche dan Tanggung Jawab Manusia Modern
Nietzsche tidak meninggalkan manusia dalam kehampaan. Justru setelah “kematian Tuhan”, ia menantang setiap individu untuk bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Tidak ada lagi tempat berlindung dari tanggung jawab moral. Manusia harus menciptakan nilai dan makna dari kekosongan yang ditinggalkan Tuhan.