Kisah Para Sufi: Hasan al-Basri, Suara Keadilan Spiritual dari Dunia yang Hiruk Pikuk

Tarian Sufi
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Hasan al-Basri dikenal sebagai orang yang hatinya sangat lembut. Ia sering menangis dalam shalatnya, bahkan hanya dengan mendengar satu ayat tentang neraka atau keadilan Allah, air matanya langsung menetes. Ia merasa seolah ayat itu ditujukan langsung padanya.

Kisah Para Sufi: Imam Junaid dan Jalan Sunyi Para Kekasih Tuhan

Dalam satu kisah, ia sedang shalat di masjid Basrah ketika seseorang membacakan ayat Al-Qur'an tentang hari kiamat. Tiba-tiba ia jatuh pingsan, dan ketika sadar ia berucap lirih, “Betapa bodohnya kita jika masih tertawa, sementara Allah telah memperingatkan dengan ayat sekeras itu.”

Tangisannya bukan sekadar emosi, tapi refleksi dari hati yang benar-benar hidup. Ia mengajarkan bahwa kesalehan bukan terletak pada banyaknya hafalan, tetapi pada bagaimana kita merenungi makna dan menghidupkannya dalam tindakan.

9 Filsuf dan Cendekiawan Muslim yang Pemikiran dan Karyanya Mempengaruhi Peradaban Dunia

Warisan yang Terus Menyinari Zaman

Hasan al-Basri meninggal dunia pada tahun 728 M (110 H), namun warisannya tetap hidup hingga hari ini. Ia telah melahirkan generasi penerus yang melanjutkan semangat tasawuf dan keadilan sosial, seperti Rabi’ah al-Adawiyah, Sufyan al-Tsauri, dan banyak lainnya.

Cahaya, Hati: 25 Kutipan Terbaik dari Hasan al-Basri:, Suara Keadilan Spiritual dari Dunia yang Hiruk Pikuk

Kitab-kitabnya, walau tidak setebal karya para ulama fikih, tetap menjadi rujukan dalam dunia tasawuf dan etika Islam. Kata-katanya yang puitis sering dikutip dalam majelis ilmu, khutbah Jumat, dan renungan harian umat Islam di seluruh dunia.

Ia adalah jembatan antara ilmu dan hikmah, antara syariat dan hakikat, antara dunia dan akhirat. Dalam tubuhnya mengalir keberanian seorang pejuang dan kelembutan seorang pecinta Tuhan.

Halaman Selanjutnya
img_title