Socrates Filsuf Besar Yunani: "Kebijaksanaan dalam Pernikahan Muncul dari Kemampuan untuk Mendengarkan dan Memahami"

Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Pernikahan bukan hanya soal menyatukan dua individu dalam ikatan hukum dan sosial, melainkan juga sebuah perjalanan spiritual dan emosional yang menuntut kebijaksanaan. Socrates, filsuf besar Yunani yang dikenal karena pendekatan dialektisnya dalam pencarian kebenaran, memberikan pandangan yang mendalam tentang relasi manusia, termasuk pernikahan. Baginya, kebijaksanaan dalam pernikahan tidak terletak pada dominasi satu pihak, tetapi pada keterampilan mendengarkan dan memahami.

Mulailah dari Pikiran: Pesan Massimo Pigliucci untuk Menjalani Hidup yang Lebih Baik

Dialog sebagai Fondasi Hubungan

Sebagai seorang filsuf yang mengandalkan dialog untuk menggali kebenaran, Socrates percaya bahwa komunikasi adalah inti dari semua hubungan, terutama pernikahan. Mendengarkan bukan sekadar menunggu giliran bicara, tetapi kesediaan untuk hadir sepenuhnya pada pengalaman dan pandangan pasangan. Melalui pemahaman yang jujur dan mendalam, konflik bisa didekati bukan dengan emosi, tetapi dengan kebijaksanaan.

Setiap Hari Adalah Peluang: Filsuf Massimo Pigliucci Mengajak Kita Menjadi Lebih Sabar, Bijaksana, dan Baik

Memahami Bukan Hanya Menyetujui

Socrates mengajarkan bahwa memahami bukan berarti selalu setuju. Dalam konteks pernikahan, perbedaan adalah keniscayaan. Namun, ketika pasangan berusaha memahami satu sama lain, mereka sedang membangun jembatan empati. Empati inilah yang menjadi dasar dari kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan bersama, pengasuhan anak, bahkan dalam menghadapi krisis hidup.

Kata Bijak Massimo Pigliucci yang Menginspirasi Dunia: Kaya Adalah Saat Kita Merasa Cukup

Menghindari Prasangka dan Ego

Kebijaksanaan, menurut Socrates, dimulai dengan pengakuan bahwa kita tidak tahu segalanya. Dalam pernikahan, ini berarti menurunkan ego dan membuka diri terhadap perspektif pasangan. Dengan tidak merasa paling benar, seseorang dapat menciptakan ruang untuk dialog sehat, bukan debat tak berujung. Mendengarkan dengan hati dan memahami dengan pikiran terbuka membuat pernikahan bukan sekadar bertahan, tetapi tumbuh.

Halaman Selanjutnya
img_title