Dari Silikon Valley ke Jalan Sunyi: Perjalanan Filosofis Naval Ravikant

Naval Ravikant,
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Namun, di tengah kesibukannya meniti karier dan membangun kekayaan, Naval merasakan kekosongan eksistensial yang tak bisa diisi oleh uang atau pencapaian semata. Inilah titik balik dalam hidupnya—saat ia mulai beralih dari mengejar dunia luar ke menjelajahi dunia dalam.

Massimo Pigliucci: “Belajarlah untuk Menerima Kehilangan dengan Kepala Tegak, Karena Dunia Ini Bersifat Sementara”

Menemukan Makna dalam Kesunyian

Setelah mencapai kemapanan finansial, Naval mulai menarik diri dari sorotan publik dan kehidupan bisnis yang hiruk-pikuk. Ia lebih sering ditemukan membaca, bermeditasi, berjalan sendirian, atau menulis refleksi tentang hidup.

Massimo Pigliucci: "Setiap Tantangan dalam Hidup adalah Kesempatan untuk Melatih Kebajikan"

Dalam podcast dan cuitan Twitter-nya yang terkenal, Naval mulai membagikan pemikiran-pemikiran mendalam tentang kebahagiaan, kesederhanaan, dan kebebasan. Ia menyatakan bahwa kebahagiaan adalah keterampilan yang harus dilatih, bukan sesuatu yang datang dari luar.

“Happiness is a choice and a skill that you can develop.”
Naval Ravikant

Seneca: Waktu Adalah Aset Paling Berharga, Namun Sering Kali Kita Sia-siakan

Naval menemukan bahwa semakin ia menjauh dari kebisingan dunia luar, semakin jernih pikirannya. Ia mulai mengadopsi gaya hidup minimalis, melepaskan keterikatan pada status sosial, dan lebih fokus pada kualitas pikiran serta kedamaian batin.

Stoikisme dan Jalan Tengah

Halaman Selanjutnya
img_title