Massimo Pigliucci: "Tidak Ada yang Benar-Benar Buruk atau Baik, Kecuali Bagaimana Kita Memilih untuk Menghadapinya."
- Image Creator Grok/Handoko
Misalnya, jika kita menghadapi kegagalan, kita bisa memilih untuk melihatnya sebagai pelajaran. Jika seseorang memperlakukan kita dengan buruk, kita bisa memilih untuk tidak membiarkan hal itu merusak ketenangan kita.
Menghadapi Kesulitan dengan Pikiran Stoik
Kehidupan penuh dengan tantangan. Akan ada saat-saat ketika kita merasa terpuruk, kehilangan harapan, atau bahkan merasa dunia ini tidak berpihak kepada kita. Namun, menurut Pigliucci, kesulitan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi sesuatu yang harus dihadapi dengan kebijaksanaan.
Filsafat Stoik mengajarkan Premeditatio Malorum, yaitu latihan mental di mana kita membayangkan kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Tujuannya bukan untuk menjadi pesimis, tetapi untuk mempersiapkan diri secara emosional sehingga jika hal itu benar-benar terjadi, kita tidak akan terkejut atau panik.
Sebagai contoh, sebelum melakukan presentasi penting, kita bisa membayangkan kemungkinan skenario buruk—seperti proyektor rusak, lupa materi, atau audiens yang tidak tertarik. Dengan membayangkan hal-hal ini, kita bisa menyusun strategi untuk mengatasinya. Jadi, ketika sesuatu benar-benar tidak berjalan sesuai rencana, kita tetap tenang dan siap menghadapi situasi.
Contoh Nyata dari Sejarah
Konsep Stoikisme ini tidak hanya sekadar teori, tetapi juga telah dipraktikkan oleh banyak tokoh hebat sepanjang sejarah. Salah satu contohnya adalah Nelson Mandela.