Stoisisme di Tempat Kerja: Membangun Mental Tangguh dan Etis ala Massimo Pigliucci

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Cuplikan layar

Malang, WISATA — Dunia kerja modern sering kali diwarnai tekanan, persaingan, dan ketidakpastian yang bisa menguras energi mental dan emosional. Dalam konteks ini, Stoisisme—filsafat kuno dari Yunani—mendapatkan relevansinya kembali. Salah satu tokoh terkemuka yang menghidupkan kembali filsafat Stoik adalah Massimo Pigliucci, profesor filsafat yang dikenal luas melalui buku dan kuliah publiknya. Menurut Pigliucci, prinsip-prinsip Stoik sangat efektif dalam membangun mental tangguh dan etis di lingkungan kerja.

“Bukanlah Peristiwa yang Menyakiti Kita, Melainkan Penilaian Kita Terhadapnya” – Pelajaran Stoik dari Epictetus

Artikel ini mengulas bagaimana konsep-konsep Stoik dapat diterapkan di tempat kerja untuk meningkatkan resiliensi, fokus, dan integritas, serta menjadikan pekerjaan bukan sekadar kewajiban, tetapi jalan menuju kebajikan.

Ketangguhan Mental: Bukan Sekadar Tahan Banting

Kebijaksanaan Kuno, Solusi Masa Kini: Filosofi Stoik Versi Jules Evans

Stoisisme mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar diri kita—entah itu atasan yang perfeksionis, kolega yang tidak kooperatif, atau proyek yang gagal. Namun, kita selalu memiliki kendali atas respons kita terhadap situasi tersebut.

Massimo Pigliucci menekankan konsep “dikotomi kendali” sebagai landasan Stoik. “Fokuslah pada tindakan, bukan hasil. Keberhasilan bukan milik kita, tetapi niat baik adalah milik kita,” ujarnya. Dalam konteks kantor, ini berarti kita bekerja dengan dedikasi dan integritas tanpa terobsesi pada pujian, bonus, atau promosi.

Stoikisme Modern: Bagaimana Jules Evans Menemukan Damai di Tengah Badai

Menghadapi Konflik Tanpa Emosi Meledak

Salah satu tantangan terbesar di tempat kerja adalah konflik interpersonal. Filsafat Stoik menawarkan alat untuk menjaga ketenangan di tengah perselisihan. Pigliucci menyarankan latihan jeda mental: sebelum merespons komentar menyakitkan atau email yang menekan, tarik napas dalam dan tanyakan pada diri sendiri—“Apakah ini hal yang bisa saya kendalikan? Apakah reaksi saya akan memperburuk atau memperbaiki keadaan?”

Halaman Selanjutnya
img_title