Berpikir seperti Kaisar Romawi: Pelajaran Hidup yang Mengubah Perspektif dari Donald Robertson

Donald Robertson, Tokoh Stoik Modern
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana seorang kaisar Romawi, yang memimpin salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah, menghadapi tekanan hidup sehari-hari? Bagaimana mereka membuat keputusan penting di tengah peperangan, intrik politik, dan beban tanggung jawab yang luar biasa? Jawabannya terletak pada cara berpikir mereka yang luar biasa tangguh, sederhana, dan penuh refleksi. Inilah yang dikenal sebagai filsafat Stoa atau stoikisme.

Chrysippus: “Kebajikan adalah Satu-Satunya Kebaikan Sejati; Kejar Kebajikan, Maka Kebahagiaan Akan Mengikutimu”

Di zaman modern ini, banyak orang mencari ketenangan dan kebijaksanaan di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang serba cepat. Salah satu tokoh yang berhasil membawa ajaran kuno ini ke dunia kontemporer adalah Donald Robertson, seorang penulis, terapis kognitif, dan ahli stoikisme yang karyanya banyak menginspirasi orang di seluruh dunia.

Dalam bukunya "How to Think Like a Roman Emperor", Robertson mengajak kita menyelami pikiran Marcus Aurelius, kaisar Romawi yang juga dikenal sebagai salah satu filsuf Stoa terbesar. Bukan hanya tentang bagaimana menjadi pemimpin, tetapi lebih dari itu, Robertson mengajarkan bagaimana kita semua—baik pelajar, pekerja kantoran, hingga pengusaha—bisa menjalani hidup yang lebih bermakna dengan mengadopsi cara berpikir ala kaisar Romawi.

Chrysippus: “Pengendalian Diri adalah Kunci untuk Meraih Kebebasan Sejati”

Mengapa Belajar dari Kaisar Romawi?

Mungkin ada yang bertanya, “Kenapa kita harus belajar dari seseorang yang hidup ribuan tahun lalu?” Jawabannya sederhana: karena masalah dasar manusia nggak pernah benar-benar berubah.

Chrysippus: "Kebijaksanaan Datang dari Pengalaman; Belajar dari Setiap Kegagalan dan Keberhasilan"

Kita semua pernah menghadapi rasa cemas, takut gagal, marah, kecewa, dan berbagai emosi lainnya. Bedanya, Marcus Aurelius menghadapi tantangan ini sambil memimpin jutaan orang, menghadapi perang, dan mengelola kekaisaran raksasa. Tapi yang luar biasa adalah, dia tetap mampu menjaga ketenangan batin, membuat keputusan bijak, dan hidup dengan penuh makna.

Apa rahasianya? Bukan kekuatan militer atau kekayaan, melainkan pengendalian diri, refleksi diri, dan memahami bahwa kita tidak bisa mengontrol segalanya kecuali pikiran kita sendiri.

Stoikisme: Filsafat Sederhana yang Mengubah Cara Pandang Hidup

Donald Robertson membedah ajaran stoikisme dengan sangat sederhana namun mendalam. Stoikisme bukan tentang menahan emosi atau menjadi “kaku” tanpa perasaan. Sebaliknya, ini adalah seni mengelola emosi dan membangun ketangguhan mental.

Menurut stoikisme, ada dua hal dalam hidup ini:

  1. Hal-hal yang bisa kita kendalikan, seperti pikiran, sikap, dan reaksi kita terhadap situasi.
  2. Hal-hal yang di luar kendali kita, seperti cuaca, opini orang lain, atau kejadian tak terduga.

Kebahagiaan sejati datang ketika kita fokus pada hal yang bisa kita kendalikan dan tidak terlalu terikat pada hal-hal yang di luar kendali kita. Sounds simple, right? Tapi praktiknya nggak semudah itu. Di sinilah pentingnya latihan mental yang diajarkan Robertson.

Pelajaran Hidup dari Donald Robertson yang Bisa Kamu Terapkan

Bayangkan kamu sedang menghadapi situasi sulit, seperti gagal dalam sebuah proyek besar. Biasanya, kita akan merasa kecewa, menyalahkan diri sendiri, atau bahkan orang lain. Tapi menurut ajaran stoikisme, kita diajak untuk mengubah cara pandang:

Alih-alih bertanya, “Kenapa ini terjadi pada saya?” coba ubah menjadi, “Apa yang bisa saya pelajari dari ini?”

Robertson mengajarkan bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses belajar. Dengan pola pikir ini, kita tidak hanya menjadi lebih tahan banting, tetapi juga lebih bijak dalam menghadapi berbagai situasi.

Selain itu, Robertson juga menekankan pentingnya refleksi harian. Marcus Aurelius sendiri dikenal rajin menulis jurnal pribadinya setiap hari. Dia merenungkan apa yang sudah terjadi, bagaimana dia bereaksi, dan apa yang bisa dia perbaiki keesokan harinya. Refleksi seperti ini membantu kita untuk lebih sadar diri dan terus berkembang.

Mengelola Emosi dengan Bijak, Bukan Menekannya

Sering kali kita menganggap bahwa menjadi kuat berarti menekan emosi. Padahal, menurut Robertson, kekuatan sejati terletak pada kemampuan kita memahami dan mengelola emosi tersebut dengan bijak.

Misalnya, saat marah, bukan berarti kita harus pura-pura tenang. Sebaliknya, kita perlu bertanya pada diri sendiri, “Kenapa saya marah? Apakah ini benar-benar penting? Apakah kemarahan saya membantu menyelesaikan masalah?”

Dengan memahami akar dari emosi tersebut, kita bisa merespons dengan lebih rasional dan tenang. Ini bukan soal menahan emosi, melainkan mengelolanya agar tidak menguasai diri kita.

Bagaimana Stoikisme Relevan di Era Modern?

Meskipun berasal dari ribuan tahun lalu, ajaran stoikisme sangat relevan untuk tantangan zaman sekarang. Di era digital ini, kita hidup dalam dunia yang penuh dengan distraksi, tekanan sosial, dan ekspektasi yang nggak realistis.

Kita sering terjebak dalam perbandingan di media sosial, merasa nggak cukup baik karena melihat pencapaian orang lain. Atau merasa cemas karena berita negatif yang terus-menerus muncul.

Stoikisme mengajarkan kita untuk fokus pada diri sendiri, bukan apa yang orang lain pikirkan. Kebahagiaan sejati bukan berasal dari validasi eksternal, melainkan dari ketenangan batin dan kesadaran diri.

Kisah Nyata Orang yang Terinspirasi oleh Stoikisme

Banyak tokoh dunia yang terinspirasi oleh ajaran stoikisme, mulai dari pemimpin bisnis, atlet, hingga selebritas. Misalnya, Ryan Holiday, penulis buku laris "The Daily Stoic", adalah salah satu pengagum stoikisme yang karyanya banyak membantu orang menemukan ketenangan di tengah kehidupan modern.

Bahkan di dunia militer, ajaran ini diterapkan untuk melatih mental yang tangguh dalam situasi ekstrem. Mereka diajarkan untuk tetap fokus, mengelola ketakutan, dan membuat keputusan logis di tengah tekanan tinggi.

Jika orang-orang dengan tantangan sebesar itu bisa meraih manfaat dari stoikisme, bayangkan bagaimana ajaran ini bisa membantu kita menghadapi tantangan sehari-hari, entah itu soal pekerjaan, hubungan, atau kehidupan pribadi.

Saatnya Berpikir Seperti Kaisar Romawi di Dunia Modern

Kita mungkin nggak memimpin sebuah kekaisaran, tapi kita semua adalah “kaisar” dalam kehidupan kita sendiri. Kita punya tanggung jawab untuk mengelola pikiran, emosi, dan tindakan kita dengan bijak.

Donald Robertson telah membuka jalan bagi siapa saja yang ingin menemukan ketenangan batin, ketangguhan mental, dan kebijaksanaan hidup. Melalui ajaran stoikisme yang sederhana namun dalam, kita diajak untuk lebih memahami diri sendiri, menghadapi tantangan dengan kepala dingin, dan menemukan makna sejati dalam setiap pengalaman hidup.

Jadi, jika kamu merasa lelah dengan tekanan hidup modern, cobalah untuk sejenak berhenti, refleksikan pikiranmu, dan tanyakan: “Apa yang bisa saya kendalikan? Apa pelajaran yang bisa saya ambil dari situasi ini?”

Mungkin, tanpa disadari, kamu sedang melangkah di jalan yang sama dengan para kaisar Romawi dulu—jalan menuju hidup yang lebih bermakna dan penuh kedamaian.