Sains, Anak Kandung Islam yang Dibuang: Peran Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Aristoteles
- Image Creator Bing/Handoko
Namun, sejarah menunjukkan bahwa kebangkitan kembali sains dan filsafat di dunia Islam bukanlah hal yang mustahil. Dengan investasi dalam pendidikan, penelitian, dan keterbukaan terhadap ide-ide baru, dunia Islam dapat kembali menjadi pusat inovasi global.
Pelajaran dari Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Aristoteles
Kisah Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Aristoteles adalah pengingat bahwa ilmu pengetahuan adalah warisan universal yang melampaui batas budaya dan agama. Dunia Islam pernah menjadi pelopor dalam bidang ini, dan warisan tersebut masih relevan hingga hari ini.
Dengan mempelajari kembali karya-karya tokoh-tokoh ini, kita dapat memahami bahwa akal dan iman dapat berjalan berdampingan. Lebih dari itu, kita juga belajar bahwa ilmu pengetahuan adalah jembatan yang menghubungkan peradaban.
Sains adalah "anak kandung" Islam yang terabaikan. Namun, sejarah mengajarkan bahwa warisan intelektual tidak pernah benar-benar hilang. Dunia Islam memiliki potensi besar untuk kembali menjadi pusat keilmuan global, asalkan ada kemauan untuk menghargai dan menghidupkan kembali tradisi keilmuan yang pernah berjaya.