Sains, Anak Kandung Islam yang Dibuang: Peran Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Aristoteles

Aristoteles dan Ibnu Sina (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Namun, warisan intelektual ini tidak berlangsung lama. Mulai abad ke-13, dunia Islam mulai mengalami kemunduran dalam bidang sains dan filsafat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini:

  1. Invasi Mongol: Kehancuran Baghdad pada tahun 1258 oleh pasukan Mongol menghancurkan pusat intelektual seperti Baitul Hikmah.
  2. Perubahan Pola Pikir: Fokus pada ilmu agama mulai mengesampingkan sains dan filsafat.
  3. Ketidakstabilan Politik: Konflik internal dan penjajahan asing melemahkan dunia Islam secara keseluruhan.
Ibnu Rusyd dan Aristoteles: Dari Tradisi Islam hingga Kebangkitan Sains Barat

Sains dalam Dunia Barat: Warisan Islam yang Terlupakan

Ironisnya, saat dunia Islam mengalami kemunduran, Eropa justru mengalami kebangkitan intelektual berkat warisan ilmu pengetahuan dari dunia Islam. Penerjemahan teks-teks Arab ke dalam bahasa Latin di Spanyol dan Sisilia menjadi awal dari Renaissance di Eropa.

Ketika Ilmu Pengetahuan Menjadi Warisan Islam: Jejak Aristoteles dan Para Cendekiawan Muslim

Pemikiran Al-Farabi dan Ibnu Sina, bersama dengan Aristoteles, menjadi fondasi filsafat skolastik yang dipelopori oleh Thomas Aquinas dan pemikir Eropa lainnya. Dunia Barat mengambil warisan ini, mengembangkannya, dan melahirkan revolusi ilmiah yang menjadi dasar bagi kemajuan teknologi modern.

Mengapa Sains Terabaikan di Dunia Islam?

Dari Aristoteles ke Ibnu Sina: Ketika Sains Adalah Anak Kandung Islam yang Terlupakan

Pertanyaan besar yang perlu direnungkan adalah: mengapa dunia Islam gagal mempertahankan tradisi keilmuannya? Salah satu alasannya adalah kurangnya dukungan terhadap pendidikan dan penelitian. Selain itu, konservatisme yang berlebihan menghalangi diskusi intelektual yang lebih terbuka.

Halaman Selanjutnya
img_title