Socrates, Giordano Bruno, dan Hypatia, Korban Kekejaman atas Pemikiran Revolusioner

Socrates, Giordano Bruno, dan Hypatia
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Di balik kemajuan peradaban manusia, ada nama-nama besar yang dihormati, namun tak jarang perjalanan mereka berakhir tragis. Socrates, Giordano Bruno, dan Hypatia adalah tiga tokoh yang dikenang bukan hanya karena kecemerlangan pemikiran mereka, tetapi juga karena nasib tragis yang mereka alami. Ketiganya dibunuh karena ide-ide revolusioner yang dianggap terlalu maju untuk zamannya, mencerminkan bagaimana sejarah sering kali tidak ramah terhadap mereka yang berpikir melampaui batasan masyarakat.

Mengapa Socrates Dianggap Berbahaya? Alasan di Balik Vonis yang Mengubah Sejarah

Socrates: Martir Kebebasan Berpikir

Socrates adalah seorang filsuf besar Yunani Kuno yang dianggap sebagai bapak filsafat Barat. Ia hidup pada abad ke-5 SM di Athena, sebuah kota yang dikenal sebagai pusat peradaban dan demokrasi. Namun, paradoksnya, di kota yang menjunjung kebebasan, Socrates dijatuhi hukuman mati.

Mengapa Socrates Memilih Mati daripada Mengingkari Keyakinannya?

Melalui metode dialektika yang disebut elenchus, Socrates menggugah kesadaran orang-orang tentang kejahilan mereka sendiri. Ia sering mempertanyakan kepercayaan dan tradisi masyarakat, mengundang kecaman dari para elit dan tokoh politik. Tuduhan terhadapnya meliputi "merusak moral generasi muda" dan "tidak percaya pada dewa-dewa resmi Athena."

Pada tahun 399 SM, Socrates dihadapkan pada pengadilan. Dengan lantang, ia mempertahankan prinsipnya bahwa hidup tanpa refleksi adalah hidup yang tidak layak dijalani. Namun, pengadilan memutuskan bahwa ia harus minum racun hemlock. Socrates menerima hukuman ini dengan tenang, menjadikannya simbol keberanian dalam mempertahankan kebenaran dan kebebasan berpikir.

Socrates di Mata Sejarah: Dikalahkan atau Disalahpahami? Fakta di Balik Kematian Sang Filsuf

Giordano Bruno: Pemikir Tak Terkekang yang Dihukum oleh Dogma

Berabad-abad setelah Socrates, seorang filsuf dan ilmuwan Italia bernama Giordano Bruno menghadapi nasib yang serupa. Lahir pada 1548, Bruno dikenal karena gagasan-gagasannya yang menentang pandangan dunia geosentris gereja dan mendukung model alam semesta heliosentris yang dikembangkan Copernicus. Bahkan lebih jauh, Bruno mengemukakan bahwa alam semesta tidak terbatas dan penuh dengan dunia-dunia lain yang dihuni.

Halaman Selanjutnya
img_title