Perjalanan Panjang Pelajaran Tentang Jagat Raya yang Kamu Harus Tahu
- pexels/spaceX
Makassar, WISATA – Peradaban pertama yang mempelajari benda-benda langit dan gerakannya adalah peradaban Yunani Kuno. Beberapa teori hampir sama dengan apa yang diyakini benar oleh ahli-ahli perbintangan sekarang ini. Padahal pemikir Yunani tidak menggunakan instrument apapun yang membantu seperti teleskop.
Kepercayaan orang Yunani Kuno adalah menganggap bumi sebagai pusat alam semesta, karena itulah yang tampak oleh penglihatan. Namun demikian ada perbedaan di antara kepercayaan-kepercayaan tersebut.
Abad V sebelum masehi, Anaxagaros memutuskan bahwa matahari, bumi, dan planet-planet bukanlah sekadar cahaya di langit, namun adalah benda-benda padat seperti halnya bumi. Seabad kemudian, Heraclides mengungkapkan gagasan bahwa bumi tidak diam namun berputar seperti gasing. Heraclides percaya bahwa planet-planet berputar mengelilingi matahari, namun ia masih stuck pada pemikiran bahwa matahari dan planet-planet ini masih mengelilingi bumi sebagai pusat semesta.
Beberapa tahun kemudian, Aristarchus menyampaikan bahwa bumi bukanlah pusat semua benda. Aristarchus mulai berpikir bahwa bumi mengelilingi matahari. Tentu gagasan ini terasa aneh di tengah masyarakat yang sudah telanjur menganggap bahwa bumi adalah pusat semesta. Gagasan Aristarchus kemudian tidak dipedulikan.
Pada abad II Masehi, Ptolemeus mengumpulkan semua pengetahuan perbintangan dalam satu seri buku. Namun demikian, meskipun Ptolemeus menambahkan teori tentang lintasan-lintasan planet, ia tetap menganggap matahari dan planet-planet mengelilingin bumi.
Barulah pada abad XV muncul ahli perbintangan Polandia bernama Copernicus yang menyatakan bahwa pusat jagat raya adalah matahari. Ia menyatakan bahwa bumi bergerak mengarungi ruang angkasa mengelilingi matahari. Ia juga mengatakan bahwa bumi berputar seperti gasing.
Meskipun apa yang dikatakan Copernicus sudah diungkapkan pada zaman Yunani Kuno, namun gagasan Copernicus lebih detail.